Pasien Talasemia di Aceh terpaksa harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan obat kelasi. Obat ini berfungsi untuk menurunkan zat besi yang sangat dibutuhkan pasien.
Ketua Yayasan Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia, Michael Octaviano mengatakan, kelangkaan obat ini membuat pasien terpaksa menempuh perjalanan jauh ke Rumah Sakit Zaenal Umum Abidin di Banda Aceh untuk mendapatkannya.
"Hal ini tentu saja menambah beban bagi pasien dan keluarga, serta menghambat upaya desentralisasi layanan talasemia," kata Michael, dikutp Sabtu (29/6/2024).
Michael mengatakan persoalan ini harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, jarak jauh bagi pasien tentu bisa merugikan pasien terutama dari segi waktu dan biaya. Michael mencontohkan untuk pasiesn yang berstatus pelajar misalnya akan membuat mereka kehilangan waktu untuk belajar, termasuk untuk bermain.
"Hal ini tentu saja sangat mengganggu proses belajar dan tumbuh kembang mereka," ujar Michael menambahkan.
Bagi Michael, kasus tersebut sudah sering dia dapati dari berbagai daerah. Para pasien talasemia terpaksa menunda pengobatannya karena keterbatasan biaya.
"Kondisi ini sangat memprihatinkan dan tidak boleh dibiarkan. Pemerintah daerah harus proaktif dan bekerja sama dengan BFLF dan instansi terkait untuk mendekatkan dan mempercepat layanan talasemia di seluruh Aceh," kata Michael.
Michael mendesak pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pengadaan obat zat kelasi besi di rumah sakit daerah untuk meringankan beban pasien dan keluarga,, serta mempercepat layanan talasemia di seluruh Aceh.
"Kita tidak boleh membiarkan anak-anak talasemia kehilangan masa depan mereka karena terhambat oleh akses layanan yang tidak memadai. Mari bersama-sama kita wujudkan talasemia Aceh yang mudah dijangkau, cepat, dan berkualitas," pungkasnya. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved