Rencana Pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada saat kesulitan ekonomi di dalam negeri, dapat semakin membebani masyarakat, khususnya masyarakat menengah.
"Ini kenaikan tarif PPN yang sangat tinggi. Kelas menengah sudah dihantam harga beras, suku bunga tinggi, sulitnya cari kerja masih ditambah penyesuaian tarif ppn 12 persen," kata Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Selasa (12/3/2024).
Menurut Bhima, kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 12 persen akan berdampak pada turunnya belanja masyarakat, karena beban biaya hidup yang telah tinggi.
Hal tersebut juga dapat memengaruhi penjualan produk sekunder seperti elektronik, kendaraan bermotor dan rumah yang melambat.
"Belanja masyarakat bisa turun, penjualan produk sekunder bisa melambat. Pemerintah harus memikirkan kenaikan tarif PPN 12 persen akan mengancam pertumbuhan ekonomi yang disumbang oleh konsumsi rumah tangga," kata Bhima Yudhistira.
Bhima mengritik pemerintah yang dianggap tidak kreatif, karena lebih memilih untuk menaikkan tarif pajak, dibandingkan memperluas objek pajak itu sendiri.
"Kalau mau dorong rasio pajak perluas dong objek pajaknya bukan utak atik tarif. Menaikan tarif pajak itu sama dengan berburu di kebun binatang alias cara paling tidak kreatif," pungkas Bhima. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved