CAGUB Ridwan Kamil pakai Batik Naga. Warna biru. Bukan sembarang naga. Bukan Nagasiar, Japanese' Yamata no Orochi, Zmey, Aztek's Quetzalcoatl, Hydra, Kolkhis, no Nordik's Jormungandr. Tapi Chinese Dragon; Huang Long.
"Batik" merupakan komponen busana Javanese royal palaces. Dipakai oleh Raja, bangsawan, abdi, prajurit dan penari. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity from Indonesia.
Kang Emil batik naga nyaris sepadan dengan dragon robe or gunlong pao yang dipakai emperors of China. Dragon robe diadopsi para raja Ryukyu Kingdom, Dinasti Goryeo dan Joseon, serta Dinasti Vietnamese Nguyen.
Sejak Dinasti Song, Liao, Jin dan Mongol's Yuan, jubah naga terlarang dipakai selain oleh Kaisar.
Dinasti Qing memperkenalkan "Jubah 9 Naga" warna Kuning. Hanya Kaisar, his heir apparent, permaisuri dan ibu suri yang boleh memakainya. Upper echelons boleh pakai jubah 1 naga dengan 5 kuku. Pejabat di bawahnya pakai jubah 1 naga kuku dan seterusnya.
Dinasti Qing meneruskan mitologi "Nine Dragons" atau "Sembilan Naga" dari Dinasti Ming.
Teks Dinasti Ming menyebut "Nine Offspring of the Dragon" atau "Lóng sheng jiuzi". Artinya: 9 Anak Naga.
Kang Emil dan batik naga adalah "bahasa simbol". Dia ingin bilang: Dia juga Gubernur warga Tionghoa Jakarta. Layaknya seorang bapak yang akan memproteksi dan akomodir kepentingan Tionghoa. Maka kaum minoritas enggak usah ragu coblos Ridwan-Suswono di Pilgub Jakarta.
Jangan pilih paslon yang diusung oleh partai pembenci Jokowi-Prabowo. Berpolitik kok berdasarkan kebencian. Ada-ada saja.
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)
© Copyright 2024, All Rights Reserved