Pemilihan 13 anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah baru saja usai Senin (05/07). Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah periode 2005-2010 berhasil meraih suara terbanyak. Disebut-sebut, dengan perolehan suara terbanyak, Din akan mulus kembali menjadi ketua Umum. Namun beredar pula rumor jika pemilihan akan dilaksanakan secara voting.
Sebanyak 2.388 peserta muktamar Muhammadiyah menentukan pilihan terhadap 13 calon anggota PP Muhammadiyah, dari 39 nama yang sudah terpilih dalam Sidang Tanwir, Jumat lalu. Din Syamsuddin memperoleh suara terbanyak 1.915 suara. Disusul dengan Muhammad Muqoddas (1.650 suara), A. Malik Fajar (1.562 suara), A. Dahlan Rais (1.508 suara), Haedar Nashir (1.482 suara), Yunahar Ilyas (1.431 suara), Abdul Mu'ti (1.322 suara), Agung Danarta (1.034 suara), Syafiq A. Mughni (952 suara), Fattah Wibisono (942 suara), Goodwill Zubir (931 suara), Bambang Sudibyo (887 suara) dan Syukriyanto AR (797 suara).
Pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah oleh 13 anggota PP Muhammadiyah terpilih diharapkan mengutamakan musyawarah. Namun demikian, beredarnya isu bahwa pemilihan Ketua Umum akan dilakukan secara voting tidak dibantah Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah, Bachtiar Effendi, di Media Center Muktamar Muhammadiyah, di Bantul, Selasa (06/07). “Rumor voting itu memang ada. Meski voting tidak dilarang di Muhammadiyah tapi sebaiknya tidak dilakukan,” kata Bachtiar.
Bachtiar mengharapkan ke 13 anggota PP itu tidak melakukan voting, tapi mengutamakan musyawarah untuk menentukan ketua umum. “Satu dari 13 orang itu bisa bermusyawarah untuk menentukan siapa yang bakal terpilih jadi ketua umum,” ujar Dekan Fisip Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu.
Selain itu lanjut Bachtiar, hasil dari pemilihan oleh peserta muktamar juga menunjukkan hasil dengan selisih yang jauh antar calon. Memang ada rumor peringkat yang di bawah perolehan suara Din Syamsuddin yang ingin menjadi ketua umum.
Namun bila dilihat dari sisi lain, jarak peroleh suara antar satu calon dengan calon lainnya demikian jauh. Selisihnya sekitar 200-an suara. Hasil itu juga menunjukkan realitas keinginan pemilih atau muktamirin. “Mudah-mudahan tidak terjadi. Dan saya yakin mereka semua paham kultur Muhammadiyah,” ungkapnya.
Dia menegaskan Muktamar Muhammadiyah bukan memilih ketua umum tapi memilih 13 orang pimpinan pusat. Kepemimpinan di Muhammadiyah adalah kolegial bukan perseorangan sehingga musyawarah lebih diutamakan. “Suka atau tidak hasil perolehan suara seperti itu. Sehingga 13 orang itu bisa dengan arif dan bijaksana menentukan ketua umum dengan musyawarah bukan voting,” katanya.
Ubah Pola Pikir
Terhadap kemungkinan terpilihnya kembali Din, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Buya Syafii Ma’arif berpesan kepada anggota PP Muhammadiyah yang lainnya, supaya berani bersuara kepada Ketua Umum jika apa yang dilakukan merugikan Muhammadiyah. “Dua belas lainnya harus tegas dan mengawal Ketua Umum, harus mengutamakan Muhammadiyah daripada urusan lain, karena ini amanat Muktamar,” kata Syafii.
Syafii mengambil pepatah melayu, “pandai-pandailah menitih buih, agar selamat badan ke seberang” sebagai pesan kepada para anggota PP Muhammadiyah. Dia memberi catatan khusus buat Din, jika terpilih, maka pola pikir dan tindakannya yang menyerempet ke ranah politik praktis, harus diubah. “Saya terima jika Din menjadi Ketua Umum. Tetapi orang yang pernah terjun ke politik itu sulit diubah, maka anggota yang lain harus keras kepadanya,” kata Syafii.
Ia menambahkan, peraih suara terbanyak hampir pasti akan menjadi ketua umum. Namun jika tidak sanggup, maka akan ditentukan oleh anggota lainnya. Jika anggota lain tidak setuju, maka harus ada alasan kuat dan argumentasi yang bisa menjadi alasan.
Rencananya, 13 anggota PP Muhammadiyah terpilih akan dibawa ke rapat pleno pada Rabu (07/07) untuk penetapan. Setelah itu, akan ditetapkan calon Ketua Umum dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah. Setelah itu, akan ada pleno penetapan ketua umum oleh semua peserta muktamar Muhammadiyah.
© Copyright 2024, All Rights Reserved