SIDAK yang dilakukan Menteri Perdagangan (Mendag) ke pom bensin adalah pukulan telak bagi uji kejujuran para pedagang bensin alias pemilik pom bensin. Hasil sidak ini cukup mengerikan karena 4 pom bensin langsung disegel karena curang.
Wah ngeri. Sehari bisa menutup empat.
Apa pun konsekuensinya terhadap nama baik pom bensin, apa yang dilakukan Mendag sudah bagus. Tapi kalau bisa bukan cuma segel, tapi jalan keluarnya juga harus tepat, sehingga konsumen BBM tidak tertipu dan tertipu lagi.
Sebetulnya ada yang lebih canggih langsung dijual dalam botol, jerigen, atau ukuran yang lebih besar. Sebab kalau dijual botolan, kita tahu sebenarnya berapa yang masuk ke dalam tangki kendaraan kita. Tapi kalau penjualan model sekarang, yang terlihat cuma putaran angka.
Pembeli BBM sampai kiamat enggak akan pernah tahu, apalagi yakin bahwa benar BBM yang masuk ke dalam tangki kendaraannya sejumlah yang tertera pada angka di pom bensin tanpa berkurang atau bertambah satu tetes pun.
Konon katanya angka-angka tersebut datang dari putaran di dalam mesin pom bensin. Putaran ini didorong oleh bensin yang keluar. Jadi zat cair yang mendorong. Tapi bisakah ia juga berputar karena didorong angin?
Di ruang tertutup bisa saja terjadi. Jadi yang keluar dari pom bensin dan masuk ke dalam tangki kendaraan kita ada banyak anginnya. Bisa saja angka yang tertera tidak sesuai bensin yang keluar. Yang keluar bensin campur kentutnya bensin.
Teknik penjualan botolan atau timbang BBM di tempat disaksikan oleh penjual dan pembeli secara kasat mata bisa mengakhiri kecurigaan yang berkembang.
Kita sebagai konsumen juga kadang kita merasa berdosa setiap isi BBM kok rasanya tidak sesuai antara jumlah uang yang keluar dengan jumlah BBM yang masuk.
Namanya main perasaan. Kalau lagi kere sudah pasti terasa seperti dicurangi pemilik pom bensin. Tapi kalau lagi banyak uang ya sudah biarkan, bukan rezeki kita. Jadi cara penjualan BBM sekarang membuat konsumen berprasangka buruk dan itu rasanya adalah dosa.
Kembalilah ke Botol
Banyak isu beredar katanya kecurangan di pom bensin bisa disengaja, bisa juga tidak disengaja. Bisa karena pemilik memang ingin untung dengan cara curang, namun juga bisa karena peralatan pom bensinnya sudah usang. Masalah semacam ini tidak bisa diatasi digitalisasi pom bensin versi Pertamina.
Sekarang jalan keluar mengakhiri saling curiga adalah teknik botol. Dengan botol transparan ini akan sangat aman dan mudah-mudahan sesuai syariah, yakni penjual dan pembeli tahu persis dan yakin dengan transaksinya tanpa curiga yang menjadi dosa.
Jadi sebelum BBM dituang ke tangki mobil ada dua tahap. Tahap satu tuang BBM ke botol yang transparan kelihatan setiap mililiternya, setelah yakin melihat maka dituang ke mobil.
Supaya lebih meyakinkan sediakan timbangan di setiap pom bensin. Jadi berat mobil saat masuk pom bensin ditimbang. Saat keluar ditimbang lagi. Selisihnya itulah berat BBM yang masuk.
Ngeri loh mengurangi timbangan, dunia akhirat repot.
*Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
© Copyright 2024, All Rights Reserved