Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjaga stabilitasi harga pangan, seperti cabai, bawang merah dan beras. Dengan program Bazar Murah melalui Toko Tani Indonesia (TTI) diharapkan bisa menjadi solusi permanen untuk menahan gejolak harga pangan.
Bazar Murah kali ini kembali digelar di 3 lokasi berbeda di Jakarta. Yaitu di Pasar Koja Jakarta Utara, Pasar Perumnas Klender Jakarta Timur dan Pasar Inpres Cipete Selatan Jakarta Selatan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Gardjita Budi mengatakan, Bazar Murah ini merupakan kegiatan untuk mengendalikan bahan pangan pokok di tingkat konsumen dengan harga yang wajar tanpa harus merugikan petani. Artinya petani memperoleh keuntungan, pedagang memperoleh marjin keuntungan yang wajar.
“Akses masyarakat dalam pemenuhan bahan pangan diperoleh dengan harga yang wajar dan terjangkau. Walaupun ada perbedaan harga ditingkat konsumen bukan karena aspek produksi tapi juga karena tata niaga," katanya kepada politikindonesia.com saat meninjau Bazar Murah di Pasar Inpres Cipete Selatan, Jakarta, Rabu (30/03).
Menurutnya, pembenahan tataq niaga distribusi pangan tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat dan singkat. Karena semua itu membutuhkan waktu yang lama dan panjang. Oleh sebab itu, pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi dan memperpendek rantai pasok pangan dari petani ke konsumen.
“TTI inilah merupakan salah satu strategi yang sedang kami kembangkan. TTI memang dirancang untuk menjadi solusi permanen dalam mengantisipasi gejolak harga pangan. Sebab, dengan kami memperpendek rantai pasok pangan hingga 3-4 pelaku rantai pasok pangan, masyarakat sudah dapat menjangkau harga pangan dengan murah," ujarnya.
Dijelaskan, pada Bazar Murah kali ini, komoditas beras dijual dengan harga Rp7.500/kg, cabai merah Rp8.500/3 ons, bawang merah Rp10.000/3 ons dan cabai rawit merah Rp8.000/2 ons. Harga komoditas yang murah itu diperoleh dari petani yang dijual langsung kepada Gabungan Kelompok tani (Gapoktan).
"Fungsi dan tugas Gapoktan adalah sebagai kelembagaan petani yang menjalankan tugas pemasaran hasil produk pertanian. Selanjutnya, produk pertanian tersebut dipasok langsung ke toko selaku pedagang eceran di pasar yang sering terjadi gejolak harga," ungkapnya.
Sehingga lanjutnya, petani sebagai produsen pangan tetap bisa memperoleh keuntungan yang wajar. Begitu pula dengan pelaku pedagang antara produsen dan konsumen dapat menikmati marjin keuntungan yang kompetitif. Selain itu, konsumen juga bisa memperoleh komoditas pangan lebih segar dengan harga yang lebih terjangkau dan wajar.
"Adanya TTI akan terbentuk struktur pasar baru. Karena petani tidak sampai dirugikan dan produk yang dibeli oleh pedagang didapat dengan harga murah. Jadi ketika terjadi peningkatan produksi, harga akan turun. Kalau tidak diimbangi dengan kegiatan ini petani akan rugi. Sebab, selama ini terjadi kejanggalan, harga di tingkat petani rendah, sebaliknya di masyarakat masih cukup tinggi," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Cinta Asih, Pengalengan, Bandung, Jawa Barat, H. Endang mengaku TTI mampu membantu petani dari kesulitan memasarkan hasil panennya. Bahkan, dari TTI petani mendapatkan harga yang menguntungkan.
"Kami sangat terbantu dengan adanya program TTI dari Kementan. Karena dengan kegiatan ini produksi hasil anggota kami bisa terjual dengan harga yang menguntungkan petani. Apalagi saya sebagai ketua kelompok tani punya amanah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan anggota," ucapnya.
Menurut Endang, anggotanya saat ini berjumlah 40 orang. Selain cabai dan bawang merah, setidaknya masih ada sekitar 20 komoditi sayuran yang ditanam petani. Agar anggotanya tetap sejahtera, dirinya sudah mengatur pola tanam.
"Pola tanam sudah kami lakukan terhadap 20 komoditas pertanian tersebut. Sehingga saat salah satu komoditinya seperti cabai mengalami panen harganya bisa melonjak. Karena tidak dibarengi dengan petani lain yang menanam komoditi yang sama. Jadi kami tetap bisa mempertahankan harga agar tidak harga tidak anjlok," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved