Perusahaan farmasi GlaxoSmithKline Plc (GSK) dijatuhi vonis 297 juta pound atau sekitar US$489 juta (Rp 5,3 triliun) oleh Pengadilan Tiongkok. GSK juga mengenakan hukuman penjara yang ditangguhkan kepada salah satu eksekutifnya karena terbukti menyuap dokter.
Hukuman ini menjadi akhir penyelidikan selama 15 bulan yang menahan penjualan produsen obat Inggris itu.
Menanggapi vonis tersebuttGlaxo mengatakan, pihaknya akan membayar denda secara tunai dan menerima tuduhan pada pendapatan kuartal ketiga.
Pengadilan Tiongkok menghukum mantan eksekutif puncak Glaxo di Tiongkok Mark Reilly dengan 3 tahun penjara dan penangguhan hukuman selama 4 tahun. Artinya, Reilly tidak akan dipenjara jika tidak melanggar hukum.
Kantor berita Xinhua melaporkan, Reilly akan dideportasi, tanpa menentukan apakah dia akan dipaksa untuk segera pergi."Mencapai kesimpulan dalam penyelidikan bisnis kami di Tiongkok adalah penting, tetapi ini telah menjadi masalah sangat mengecewakan bagi GSK. Kami telah dan akan terus belajar dari ini," kata Chief Executive Officer GSK Andrew Witty, Minggu (21/09).
Penyelidikan Tiongkok dapat meringankan tekanan pada Witty, yang telah berjuang dengan penjualan mengecewakan di Amerika Serikat (AS) dan tuduhan bahwa karyawannya juga melakukan suap atau perbuatan tidak benar lainnya di Suriah, Irak, Polandia, Yordania, dan Libanon.
Glaxo menyatakan pihaknya tidak memiliki toleransi terhadap adanya kesalahan dan menyelidiki semua tuduhan yang ada.
Xinhua menyatakan denda itu merupakan hukuman korporasi terbesar di Tiongkok. Namun, nominal denda yang sama dengan 1,1% dari penjualan Glaxo tahun lalu, datang di tengah pemberian bantuan untuk beberapa investor.
Saham Glaxo naik 0,9% dan ditutup pada 1.449 pence di London. Perusahaan ini membayar denda US$3 miliar pada 2012 untuk menyelesaikan penyelidikan AS terhadap bagaimana GSK memasarkan obat-obatan dan melaporkan datanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved