Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor produk pangan sepanjang tahun 2016 masih tinggi. Khusus beras, terjadi peningkatan 1,2 juta ton dengan nilai US$495,12 juta. Tahun ini Indonesia juga tercatat mengekspor beras sebanyak 10.000 ton, dengan nilai US$0,86 juta.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadiwibowo di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (29/12), mengatakan, pada tahun 2015, Indonesia hanya mengimpor 900 ribu ton beras atau setara dengan US$351,60 juta. Sedangkan tahun 2014 impor beras hanya 800 ton.
Ia menjelaskan, tingginya impor beras terjadi pada Januari-Maret. Sebenarnya, impor tersebut adalah sisa kuota impor tahun 2015 dan masuk pada awal triwulan III. Adapun beras yang diimpor adalah beras kualitas premium.
"Impor itu merupakan merupakan bagian dari upaya pemerintah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebenarnya izin impor beras itu dilakukan pada tahun 2015, tapi baru direalisasikan pada semester pertama 2016," katanya kepada politikindonesia.com seraya menambahkan, stok beras di gudang Perum Bulog hingga akhir tahun diperkirakan sekitar 1,5 juta ton hingga 1,6 juta ton.
Sasmito menambahkan, secara total besaran impor beras kurun April-November sangat kecil, bahkan tidak sampai 50 ribu tiap bulan. Itu pun hanya beras premium yang tidak diproduksi di dalam negeri. "Impor beras medium hampir tidak ada. Jadi mulai April 2016 tinggal impor beras premium."
Berdasarkan catatan BPS, tahun ini impor beras di Januari sebesar 382,5 ribu ton, Februari 296,3 ribu ton, Maret 303 ribu ton.
Kemudian impor turun drastis di April menjadi 36,5 ribu ton, Mei 28,9 ribu ton, Juni 26,1 ribu ton, Juli 16,3 ribu ton, Agustus 38,4 ribu ton, September 17,7 ribu ton, Oktober 17,2 ribu ton, dan November 33,8 ribu ton.
© Copyright 2024, All Rights Reserved