Badan PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) secara resmi telah mengakui arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama yang digelar di Bandung pada tahun 1955, sebagai Warisan Dunia atau Memory of The World.
Badan PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) secara resmi telah mengakui arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama yang digelar di Bandung pada tahun 1955, sebagai Warisan Dunia atau Memory of The World.
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Mustari Irawan mengatakan, setelah sekian lama berjuang, akhirnya pada 8 Oktober 2015, arsip KAA mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu ingatan dunia (memory of the world/ MoW). Masuknya arsip KAA dalam daftar ingatan dunia dalam UNESCO bertujuan untuk melestarikan arsip bagi kemanusiaan dan sejarah.
“Arsip KAA telah diakui UNESCO jadi Warisan Dunia atau Memory of The World," ujar Mustari kepada politikindonesia.com, di Jakarta, Kamis (29/10),
Pengakuan UNESCO ini merupakan hasil perjuangan panjang. “Dengan begitu, arsip tersebut sudah bisa diakses oleh masyarakat dunia. Arsip KAA itu sendiri telah diajukan ke UNESCO pada Maret 2014," ujar dia.
Mustari mengatakan, dengan diakui arsip KAA, kesuksesan diplomasi Indonesia pada tahun 1953-1955 itu akan lebih diketahui dunia internasional. Arsip KAA tersebut bukan sekedar dokumen sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia, tapi merupakan sebuah catatan penting mengenai bangsa Indonesia yang sudah tampil dengan kemampuan diplomatiknya yang tinggi pada usia kemerdekaannya yang baru 10 tahun.
"KAA adalah bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar yang patut diperhitungkan. Bangsa yang masih dalam usia 10 tahun dapat menjadi inspirator negara-negara di Asia-Afrika untuk menentukan nasib bangsanya sendiri, sekaligus menggalang solidaritas yang mendorong terbentuknya Gerakan Non Blok (GNB). Tak hanya itu, kami juga melihat bahwa KAA telah menghasilkan hal yang sangat monumental yakni lahirnya Dasasila Bandung," paparnya.
Diungkapkan, Indonesia adalah salah satu pemrakarsa utama penyelenggaraan KAA yang diikuti oleh 29 negara Asia dan Afrika. Konferensi ini menjadi tonggak penting gerakan non blok (GNB). Penyelanggaraan KAA juga adalah titik kulminasi perubahan politik luar negeri Indonesia menjadi bebas aktif. KTT Asia Afrika menjadi bukti bahwa Indonesia berperan dalam membangun solidaritas di benua Asia dan Afrika.
"Ada lima makna penting yang tertuang dalam KAA yaitu perdamaian dunia, kemerdekaan, kebebasan, kesejahteraan umat manusia dan internasionalisme. Nilai mulia dan semangat juang yang tercipta dari KAA penting dipahami oleh generasi muda agar menjadi pembelajaran melalui warisan dokumenter. Warisan inilah yang dapat mengangkat derajat dan jati diri bangsa," tegasnya.
Mustari memaparkan, Arsip KAA merupakan rekaman kegiatan konferensi negara-negara Asia Afrika pada 18-24 April 1955. Diikuti oleh lebih 200 delegasi yang berasal dari 29 negara Asia Afrika yang menghasilkan satu deklarasi yang disebut sebagai ‘Dasa Sila Bandung’. Deklarasi ini menjadi trigger bagi bangsa-bangsa Asia Afrika untuk memperjuangkan hak-hak kemerdekaan dan kedaulatan.
"Spirit Bandung juga menjadi tonggak sejarah munculnya kesadaran untuk membentuk GMB yang berfungsi sebagai penyeimbang dan penawar dominasi blok barat dan timur pada pertengah hingga akhir abad 20 hingga runtuhnya negara Uni Soviet," ujarnya.
Ditambahkan, Arsip KAA yang diajukan ke UNESCO terdiri dari tujuh roll film, 555 lembar foto dan 1.780lembar kertas arsip. Dalam Undang-Undang Kearsipan, arsip KAA ini wajib dipublikasikan karena sifatnya statis. Arsip KAA, menurut Mustari, layak dinominasikan ke UNESCO karena kelayakannya telah ditentukan oleh sejumlah pakar yang tergabung di dalamnya, yaitu LIPI, Ristek, ANRI, sejarawan, serta sejumlah perguruan tinggi.
"Sehingga penting menghidupkan atau menggelorakan terus semangat KAA. Semangat yang tercipta dari KAA penting dipahami oleh generasi muda agar menjadi pembelajaran. Sehingga mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk bisa lebih menghargai apa yang telah dilakukan para pemimpin dahulu," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved