Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku ikut prihatin atas aksi demontrasi yang terjadi di depan kediaman Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta, Senin (06/02) kemarin. JK menilai unjuk rasa itu tidak relevan. ia juga mengimbau warga masyarakat agar menghormati semua pemimpin.
"Tentu kita prihatin dengan situasi itu. Tentu kita harus mempunyai suatu perilaku yang baik menghormati pemimpin. Sesuai dengan aturannya," ujar JK kepada pers di hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Selasa (07/02).
JK mengatakan aksi unjuk rasa yang dilakukan di kediaman SBY itu tidak relevan. "Kalau saya baca, itukan (demo) tidak relevan juga dengan Pak SBY. Tentang SARA, SBY kan tidak pernah berbicara hal-hal itu kan. Jadi kenapa di situ? Itu pertanyaan juga. Kalau isunya malah tidak ada yang berhubungan dengan Pak SBY," ungkap JK.
Oleh karena itu, JK menghimbau masyarakat untuk lebih bijak. Dalam artian, tidak menggelar aksi unjuk rasa menjelang pelaksanaan pilkada serentak, pada 15 Februari 2017, sehingga situasi politik tetap aman hingga pemungutan suara.
"Kita harapkan lebih down-lah (situasi)," ujar dia.
Seperti diberitakan, pada Senin (07/02) siang, lewat akun twitternya, SBY menuliskan bahwa kediaman pribadinya digeruduk oleh ratusan orang yang kemudian berteriak-teriak.
SBY heran, kediamannya menjadi sasaran demo, karena ia tahu sesuai undang-undang, unjuk rasa tidak boleh dilakukan di kediaman seseorang. SBY juga mempertanyakan pihak kepolisian yang tidak memberitahukannya tentang unjuk rasa tersebut.
SBY kemudian, dia mempertanyakan haknya sebagai warga negara yang merasa dilanggar, kepada Presiden dan Kapolri.
"Saya bertanya (kepada) Bapak Presiden dan Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak utk tinggal di negeri sendiri, dgn hak asasi yg saya miliki?... Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kpd Allah Swt," tulis SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved