Dengan memiliki miliaran dolar, Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mungkin bisa disebut sebagai kelompok teroris terkaya di dunia. Kelompok ini berbahaya karena tidak saja antidemokrasi, melainkan juga tidak Islami meskipun mengusung atribut Islam.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Forum Demokrasi Bali atau BDF VII di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, kemarin.
Di Indonesia, ujar SBY, pemerintah dan masyarakat, termasuk kelompok Islam, telah secara terbuka menyatakan penolakan terhadap ideologi ISIS. Hal ini karena bertentangan nilai-nilai persatuan, toleransi, pluralisme, dan penghormatan terhadap semua agama.
"Kami telah melarang keras ISIS di Indonesia, baik sebagai sebuah organisasi dan ideologi, dan kami melarang setiap orang Indonesia untuk bergabung dengan kegiatan ISIS luar negeri."
SBY menegaskan, solusi militer saja tidak cukup untuk menghadapi ancaman ISIS. Dibutuhkan juga langkah-langkah politik dan lainnya yang akan mengatasi akar penyebab konflik yang sedang berlangsung.
"Dengan demikian diharapkan kita dapat menghentikan siklus kekerasan dan ektrimisme di lapangan," ujar SBY.
Dalam kesempatan itu, SBY juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap kecenderungan memburuknya hubungan antara negara-negara besar pada tingkat makro, yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, Eropa, RRT, dan Jepang.
Misalnya, dalam kasus hubungan Rusia - AS dan Rusia - Eropa, hal ini dipicu oleh konflik di Ukraina. "Tidak ada tanda yang jelas, kapan dan bagaimana konflik di Ukraina akan diselesaikan" kata SBY.
Selain itu, SBY menilai transisi demokrasi dalam kesulitan, khususnya di Timur Tengah. "Transisi politik di Mesir, Irak, Tunisia, dan Libya masih berkembang, dan beberapa masih rentan. Dan belum ada akhir yang terlihat untuk konflik di Suriah," tandas Presiden.
© Copyright 2024, All Rights Reserved