Sepanjang tahun 2016, ada sekitar 1.207 laporan kasus cyber crime yang ditangani polisi. Dari laporan tersebut, sebanyak 699 kasus telah diselesaikan. Untuk menekan angka cyber crime di Indonesia, Kementerian Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) mengirimkan 20 orang stafnya ke Belanda.
"Mereka adalah peraih beasiswa tailor made training Studeren in Nederland (StuNed) dari Pemerintah Kerajaan Belanda. Beasiswa tersebut diberikan melalui Nuffic Neso Indonesia, berupa pelatihan Capacity Building on Cyberspace Security and Resilience," kata Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur (Kominfotur) Kemenko Polhukam, Warsono, kepada politikindonesia.com usai penyerahan beasiswa secara simbolik, di Jakarta (20/11).
Menurutnya, pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para stafnya dalam pengelolaan keamanan dunia maya. Karena saat ini kejahatan di dunia maya makin meningkat, mulai dari sektor perbankan sampai terorisme. Sehingga dapat berdampak masif hingga ke tingkat nasional. Hal tersebut membutuhkan penangganan yang lebih komplek dan perlu mendalami penanganannya dengan teknologi Belanda.
"Ancaman dunia maya saat ini terus meningkat. Apalagi, kelompoknradikal teroris telah menggunakan internet dan teknologi lainnya untuk menyebarkan propaganda ideologi serta semakin marak akhir-akhir ini. Sehingga penanggulangan terorisme dalam bidang teknologi informasi sangat penting. Maka, diperlukan kemitraan untuk penanganannya, antara lain dalam bentuk pelatihan seperti ini," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl menambahkan, situs-situs radikal saat ini menjadi ancaman serius dan nyata yang harus segera dicari solusinya. Karena situs penyebar ancaman tersebut dapat melahirkan teroris-teroris baru yang bisa memecah belah bangsa. Oleh sebab itu tailor made training ini dirancang sesuau dengan kebutuhan Menko Polhukam Indonesia.
"Mulai 4 Desember 2017 mendatang, para peserta akan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Crisisplan BV di Leiden dan Den Haag. Pemilihan penyelenggara pelatihan dilakukan dengan sistem tender dan tender tersebut dimenangkan oleh Crisisplan BV yang membentuk konsorsium dengan Cyber Security Academy di Belanda," ulasnya.
Dia memaparkan, program tailor made training ini memang diperuntukkan bagi organisasi yang mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan organisasi. Program ini dirancang sesuai dengan kebutuhan organisasi pemohon (demand driven) dengan mengajukan Training Outline (TO) yang didasari oleh kebutuhan pelatihan tersebut.
"Nantinya mereka akan mengikuti pelatihan ini selama 2 minggu ke depan. Pelatihan ini memang berlangsung singkat. Karena para peserta setelah selesai tidak mendapatkan gelar apa pun. Bahkan, untuk pemilihan modul, jadwal, lokasi dan jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi pemohon," terangnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved