Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat menyatakan telah mengidentifikasi pejabat-pejabat Rusia yang telah meretas dan membocorkan data pemilihan Presiden AS.
Data diretas dari Komite Demokrasi Nasional (DNC) dan pemimpin partai di AS kepada WikiLeaks atas arahan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (06/01).
Menurut para petinggi AS, Kamis (05/01), dalam laporan terbaru intelijen AS disebutkan bahwa arahan Putin itu disampaikan melalui pihak ketiga. Pejabat-pejabat AS mengatakan, CIA dan mitra lainnya telah menyimpulkan bahwa Rusia meningkatkan usahanya untuk mendiskreditkan proses Pemilu AS demi kemenangan Donald Trump.
Penilaian intelijen telah disampaikan kepada Presiden Barack Obama, Kamis (05/01), dan akan diteruskan kepada Trump, Jumat ini.
Namun Trump menolak penilaian pihak intelijen yang mencurigai Rusia sebagai pelaku peretasan data-data Pemilu AS selama masa kampanye untuk melemahkan rivalnya, Hillary Clinton.
"Pada Oktober (2016) tampak jelas bahwa Rusia berusaha membantu kampanye Trump," kata seorang pejabat yang dekat dengan intelijen AS.
Dalam beberapa kasus, seorang pejabat mengatakan, data atau materi hasil retas mengikuti apa yang disebut "jalan memutar" dari badan intelijen militer Rusia (GRU) kepada WikiLeaks.
Langkah itu merupakan sebuah upaya nyata untuk menyulitkan pelacakan soal asal-usul data, praktik yang umum digunakan oleh semua badan intelijen, termasuk AS.
Namun Rusia telah menolak tuduhan peretasan tersebut. Trump juga kembali menyampaikan keraguannya atas dugaan peretasan oleh Rusia.
Sebelumnya pada Rabu (04/01) Donald Trump telah mengirim sejumlah pesan di Twitter tentang isu peretasan itu, dengan mengatakan “pendiri WikiLeaks Julian Assange mengatakan, seorang anak berusia 14 tahun pun bisa meretas akun Podesta. Mengapa DNC begitu ceroboh? Assange juga mengatakan bukan Rusia yang memberinya informasi.”
Trump juga mengutip Assange ketika mengatakan kepada stasiun televisi Fox News bahwa liputan media tentang isu ini “sangat tidak jujur.” “Ini benar-benar standar ganda. Media, seperti biasa, meloloskannya,” tulis Trump di Twitter.
Rincian laporan muncul ketika pejabat tinggi intelijen AS, James Clapper, mengatakan, pada Kamis (05/01) bahwa dia "bahkan lebih tegas" dalam keyakinannya bahwa Rusia melancarkan serangan siber kepada Partai Demokrat selama kampanye Pilres 2016.
Terkait dengan skandal dugaan peretasan itu, Presiden AS Barack Obama juga telah mengusir 35 diplomat AS untuk kembali ke Rusia. Namun Putin mengatakan, takkan membalas tindakan Obama itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved