Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Masyarakat, nelayan dan pelaku pariwisata diminta waspada.
Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran. Ia menambahkan potensi gelombang yang tinggi dapat membahayakan bagi aktivitas pelayaran dan wisata, terutama bagi kapal-kapal kecil dan kegiatan menyelam.
"Berdasarkan pantauan melalui radar maritim BMKG yang terpasang di perairan utara Kepulauan Komodo, data kecepatan arus laut menunjukkan kategori sedang berkisar 0,25–0,50 m/s pada pagi hari dan meningkat pada siang hingga sore hari dengan kecepatan 0,50-1 m/s," katanya, dikutip Kamis (24/10/2024).
BMKG juga mengimbau masyarakat dan pelaku kegiatan maritim untuk selalu memantau informasi terkini mengenai cuaca dan kondisi laut.
“ Dan disarankan untuk menghindari area dengan arus kuat dan mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum beraktivitas di laut," katanya menambahkan.
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo telah mengeluarkan surat pemberitahuan kepada para nakhoda (Notice to Mariners) agar kapal-kapal yang berlayar di Taman Nasional Komodo (TNK) pada tanggal 22-29 Oktober 2024 menghindari perairan sekitar Pulau Kelor dan selatan Pulau Padar karena perkiraan gelombang tinggi dan angin kuat.
Menanggapi surat pemberitahuan yang dikeluarkan pada 21 Oktober 2024 itu, Maria Patricia Christin Seran menjelaskan peringatan dini itu dikarenakan kecepatan arus laut saat ini yang dinilai cukup kencang, bahkan kecepatan riak arus laut itu juga terlihat jelas saat berada di pelabuhan atau pantai di sekitar Kota Labuan Bajo.
"Untuk tinggi gelombang tidak terlalu mengalami perubahan yaitu berkisar 0,5-1,25 meter di utara dan dapat mencapai 1,5 meter di perairan selatan," ungkapnya.
Ia menambahkan kecepatan arus yang cukup kencang dan terjadi sejak kemarin dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya suhu udara yang tinggi.
Suhu udara yang tinggi di wilayah Taman Nasional Komodo memiliki dampak langsung pada atmosfer dan lautan.
Ketika suhu permukaan laut meningkat, penguapan dari laut ke atmosfer juga meningkat dan ini berarti lebih banyak uap air yang naik ke atmosfer, membuat udara di atas permukaan laut menjadi lebih lembap dan panas, suhu dapat mempengaruhi kecepatan arus.
Lebih lanjut, kecepatan arus yang cukup kencang juga dipicu pengaruh dari adanya Siklon Tropis Trami di Laut Filipina yang turut berdampak tidak langsung terhadap kondisi ini, di mana siklon yang merupakan area tekanan rendah yang luas menarik massa udara dari wilayah sekitarnya.
"Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin di wilayah Nusa Tenggara Timur, termasuk di sekitar Taman Nasional Komodo dan saat angin bergerak melintasi permukaan laut, gaya gesek yang dihasilkan mendorong lapisan atas air laut sehingga membentuk arus permukaan yang mengikuti arah angin. Kecepatan angin yang meningkat secara signifikan dapat menyebabkan arus laut yang lebih kuat dan tidak teratur," katanya. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved