Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan kepada penegak hukum untuk mencermati pola baru rekrutmen calon teroris. Menurut BNPT, perubahan pola rekrutmen pengantin bom bunuh diri tersebut harus diwaspadai karena berpotensi akan terus dilakukan dalam jumlah besar.
"Beberapa tempat yang harus diwaspadai di antaranya adalah kampus dan lingkungan perkantoran. Mereka akan menyasar wanita muda yang mengalami kekecewaan,” kata Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris kepada pers, kemarin.
Sebelumnya, Sabtu pekan lalu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI menangkap Dian Yulia Novi di rumah kosnya di Jalan Bintara Jaya, Kota Bekasi. Perempuan yang kerap menggunakan cadar itu diduga akan melakukan bom bunuh diri di Istana Kepresidenan.
Polisi menangkap M Nur Solihin dan Agus Supriyadi. Ditangkap juga tiga rekannya di Jawa Tengah. Mereka diduga merupakan jaringan teroris dari anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia, Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Bahrun Naim.
Menurut Irfan, jaringan teroris kini menyasar perempuan untuk dijadikan “pengantin”, atau pelaku bom bunuh diri, dalam menjalankan aksinya. Pemilihan itu untuk mengecoh penegak hukum. Sebab, selama ini pelaku teror di Indonesia selalu identik dengan laki-laki.
“Perempuan juga dianggap lebih mudah dipengaruhi, terutama mereka yang memiliki masalah dalam keluarga,” kata Irfan.
Alasan lainnya, kaum perempuan dianggap lebih militan dalam menjalankan aksinya. Apalagi mereka yang merasa menjadi korban dalam konflik dalam keluarga atau perceraian.
“Ketika dicuci otaknya dengan pemahaman radikal, mereka bisa dengan militan menjalankan misinya,” jelas Irfan.
Sementara mantan pejuang Afganistan, Moro, dan Ambon, Ali Fauzi, mengatakan perempuan calon pengantin bom yang siap menjalankan aksinya kini berjumlah puluhan orang. Menurut Ali, penangkapan Dian tidak menjamin aksi dengan pola baru tersebut berhenti. “Masih banyak yang siap,” ujar Ali.
Kabiropenum Mabes Polri Kombes Rikwanto mengatakan, Polri dengan tim Densus 88 akan terus memotong jaringan pelaku teror. Tren menjadikan perempuan sebagai pengantin bom merupakan gerakan baru.
“Pola rekrutmennya sama, dinikahi lalu dipengaruhi. Jika sebelumnya perempuan ini hanya ikut pengajian dan penyiapan logistik, sekarang dijadikan martir,” jelas Rikwanto.
Rikwanto mengatakan pola seperti itu berpotensi akan terus dilakukan jaringan teroris di Indonesia dengan menyasar berbagai tempat, seperti sekolah, kampus, dan pesantren.
Untuk itu Polri dan Densus 88 akan memotong gerakan tersebut dan meminta masyarakat terlibat aktif dan tidak mudah dipengaruhi. “Kami melihat jaringan teror ini akan terus melakukan rekrutmen. Mereka selalu bergerak,” pungkas Rikwanto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved