Tinggal 9 hari menjelang berakhirnya masa jabatannya, Wakil Presiden Boediono menggelar acara perpisahan dengan keluarga besar pegawai Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/10). Acara perpisahan ini diberi tema "Perjalanan Sang Guru", sebagai lambang kebebasan Boediono dari jabatan kenegaraannya dan kembali ke dunia pendidikan.
Dalam sambutannya, Boediono mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai Sekretariat Kepresidenan yang selama masa jabatannya, suasana kerja dibangun dalam suasana kekeluargaan.
"Jadi apa yang bisa kita capai dan saya capai ini hasil kerja kita dan saya mendapatkan amanah 5 tahun ini untuk bisa melaksanakan tugas negara. Saya senang bisa bekerja dengan penuh kehangatan," ujar Boediono.
Boediono juga mengapresiasi peran Sekretaris Wakil Presiden Muhammad Oemar yang telah berhasil membangun kekeluargaan di lingkungan kerja Setwapres. "Dulu saya ajak Pak Oemar dari posisi sangat enak untuk membantu saya dengan gaji turun, fasilitas tidak sama. Tapi Anda telah membantu saya untuk mengelola kantor wakil presiden dengan penuh kehangatan. Penuh suasana dan akrab di antara kita semua."
Boediono juga menyampaikan rasa haru kepada seluruh staf Wapres yang bekerja di belakang layar. Boediono membanggakan kemampuan dan keilmuan para stafnya, meski jarang bertatap muka secara fisik.
"Saya ucapkan terima kasih atas bantuan anda semua staf dari Wapres. Yang tidak ada kesempatan untuk tatap muka dengam fisik dengan saya, tapi sudah banyak membantu. Saya ucapkan terima kasih dan semoga berkarier lebih lanjut," ujar dia.
Sementara Seswapres Mohamad Oemar mengaku akan sangat kehilangan ketika Boediono lengser dari jabatannya.
Sebagai pemimpin, Boediono kerap memberi pembelajaran kepada anak buahnya, bukan memberikan perintah.
"Kami berjanji meski bapak tidak lagi menjabat sebagai wapres, misi arahan dan pelajaran yang kami ajarkan kepada kami tidak akan kami lupakan," kata Oemar.
Menurut Oemar, pegawai Setwapres menjadikan sosok Boediono sebagai pemimpin dan panutan. Karena, menurut dia, ketika memimpin tidak pernah menempatkan diri sebagai atasan, tetapi lebih memberikan arah-arahan.
"Pak Boediono ini tidak pernah memerintah tapi memberi arahan. Maka dari itu, kami akan terus mengingat arahan-arahan itu," tutur Oemar.
Pada acara tersebut, Boediono mendapatkan hadiah berupa wayang kulit Punta Dewa atau biasa disebut juga Yudistira. Wayang kulit tersebut disimpan dalam sebuah peti yang terkunci.
Kunci gembok untuk membuka peti tersebut dibawa oleh 8 orang pegawai staf wakil presiden, dari kantor sekretariat wakil presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, menuju Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan sepeda.
"Tokoh wayang ini merupakan salah satu tokoh yang menjadi idola Pak Boediono," kata pembawa acara itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved