Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulfkifli Hasan mengungkapkan kisah dukungan partainya terhadap calon gubernur DKI Jakarta. Awalnya, PAN mengusung Agus Harimurti Yudhoyono yang kalah pada putaran pertama, kemudian PAN mendukung Anies Baswedan.
Cerita ini disampaikan Zulfkifli Hasan saat membuka sosialisasi empat pilar kebangsaan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (02/05). "Ini saya buka rahasianya. Boleh cerita nggak? Biar jelas, gitu kan. Kita kan suka yang jelas-jelas terang gitu kan," kata Ketua MPR itu.
Zulkifli mengaku, pada awalnya tidak ada partai yang melirik Anies Baswedan. "Memang saya, calon saya kalah. Calon saya kan AHY sama Sylvi kan? Tapi begini, dulu kita udah janji Pak, karena dulu terus terang saudara Anies itu tidak ada yang mau," ujar dia.
Zulkifli bercerita, sosok Yusril Ihza Mahendra lah yang semula digadang untuk diusung enam partai, yakni Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Gerindra, dan Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan Sandiaga Uno menjadi calon wakil gubernurnya.
"Calon itu Yusril, Sandi, sudah. Dihitung-hitung enggak menang. Sampai jam 12 malam sebelum pendaftaran. Maka dicarilah kesepakatan enam partai itu," ujar Zulkifli.
Ia mengatakan, sosok pengusaha Chairul Tanjung pun sempat dibidik. Tapi Chairul menolak karena fokus pada bisnisnya.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pun menyodorkan nama Agus Yudhoyono. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sempat menyanggupi tawaran tersebut. Namun dengan syarat, Sandiaga sebagai calon gubernurnya. Sebab, Sandiaga sudah lama bergerak untuk maju ke Pilgub DKI.
Namun, pada Pukul 21.00 WIB sebelum pencalonan, Sandiaga mendatangi kediaman Zulkifli di Widya Chandra untuk menyatakan kesediaannya menjadi calon wakil gubernur untuk Agus.
"Waktu itu dia bilang enggak apa-apa saya jadi wakil tapi pertemukan Pak Prabowo dengan Pak SBY," tutur Zulkifli menirukan ucapan Sandiaga.
"Nah saya tau kalau Pak Prabowo, Pak SBY ketemu mesti ada jaminan 5 tahun selesai. Kira-kira itu isinya. Sehingga tak jadi ketemu. Sudah putus AHY. Di sini ya udah Sandi sama Mardani," ujar Zulkifli.
Peta politik kembali berubah beberapa jam kemudian. "Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh nggak ngaku, saya dengar kok telponnya. Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubah," kata Zulkifli.
Di saat itulah Prabowo menyetujui Anies sebagai cagub. Namun, saat itu pihak Demokrat sudah mengumumkan pencalonan Agus-Sylvi. Sehingga SBY dan Prabowo tidak jadi berada dalam satu koalisi.
"Tapi di sini udah kadung mau mengumumkan Pak Agus sama Sylvi, jam 2 pagi di sana baru putus akhirnya Anies diambil, Sandi jadi wakil."
Meski demikian, ujar Zulkifli, kesepakatan tetap dibangun antara partai pengusung Anies-Sandi maupun partai pengusung AHY-Sylvi bahwa harus ada perubahan di Jakarta.
"Karena kami enggak sanggup gubernur yang gaduh terus, sudah enggak sanggup dah. Orang Betawi bilang udah enggak tahan dah. Jadi sepakat kita mesti ada gubernur baru. Jadi kalau kami menang, yang sana gabung. Kalau sana menang, kami yang gabung. Janji laki-laki," tuturnya.
Akhirnya, Pilgub DKI putaran pertama usai dan Agus-Sylvi tidak lolos ke putaran kedua. Di saat itulah, Zulhas mendatangi SBY menanyakan kelanjutan koalisi pengusung Agus-Sylvi di putaran kedua. Demokrat pada akhirnya mengambil keputusan untuk nonblok pada putaran kedua. PAN juga sempat bertanya ke PKB dan PPP, tetapi saat itu kedua partai tersebut belum mengambil keputusan.
"Habis itu saya juga pergi ke Cak Imin (Ketum PKB, Muhaimin Iskandar). Cak gimana Cak, kita kan udah sepakat dulu. "Aduh Pak Zul kita kan repot..begini..begini..paling tinggi netral lah," kata Zulkifli menirukan ucapan Cak Imin.
"Ya sudah. Ketemu lagi Romi (Ketum PPP, Romahamurmuziy). Rom, gimana?," sambung Zulhas saat berdiskusi dengan Romi.
"Surat partainya belum keluar maksudnya. Masih belum ada keputusan Mahkamah Agung," ujar Zulhas.
Zulkifli mengaku, juga meminta pendapat kepada sejumlah ulama jika PAN mendukung Ahok-Djarot, sebelum akhirnya memutuskan mendukung Anies-Sandi pada putaran kedua.
Zulkifli mengaku sulit tidur, semalaman sebelum pencoblosan 19 April. Ia juga meyakinkan kepada Anies bahwa kemenangan sudah menanti walaupun SBY pesimis.
"Tapi saya bilang ke Anies, "Nies, ini Anda akan menang walaupun Pak SBY bilang sulit menang. Mengapa Pak SBY bilang sulit menang? Karena Ahok tim suksesnya negara. Kata Pak SBY loh. Tapi menurut saya, Anda menang."
Zulkifli memiliki keyakinan itu, karena pencoblosannya dilakukan pada tanggal 19. Ia punya arti khusus dengan angka 19 tersebut. "Loh ada urusan apa tanggal 19? Dulu guru saya selalu saya dikasih doa, nah ini doanya dari Quran, mukjizat. Ini dari Quran kalimatnya. Saya selalu disuruh baca doa itu selalu 19 kali," urainya.
Usai pencoblosan, keyakinannya terbukti. Pasangan Anies-Sandiaga dinyatakan menang dalam Pilgub DKI putaran kedua dengan perolehan suara 57,96 persen, sedangkan Ahok-Djarot memperoleh 42,04 persen.
© Copyright 2024, All Rights Reserved