Perkembangan pesat kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ternyata juga membuat penipuan makin canggih. Setelah penipuan menggunakan aplikasi, sekarang muncul istilah deepfake.
Mengutip laporan 'Where's The Fraud: Protecting IndonesianBusinesses from AI-Generated Digital Fraud', yang disampaikan oleh penyedia solusi pencegahan penipuan identitas digital, Vida, memaparkan bahwa 100 persen pelaku bisnis di Indonesia khawatir terhadap meningkatnya ancaman penipuan berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), salah satunya adalah deepfake.
Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang digunakan untuk membuat atau memanipulasi konten audio, video, atau gambar sehingga tampak seolah-olah itu adalah nyata atau asli.
Istilah deepfake berasal dari gabungan kata deep learning (pembelajaran mendalam) dan fake (palsu). Dengan menggunakan algoritma, deepfake dapat meniru wajah, suara, dan gerakan seseorang, sehingga memungkinkan penciptaan konten, di mana seseorang tampak mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka katakan atau lakukan.
Laporan Vida juga menyoroti empat jenis penipuan digital yang paling banyak menyerang bisnis di Indonesia, yakni penipuan berbasis teknologi AI (deepfake), rekayasa sosial (social engineering), pengambilalihan akun (account takeover), serta pemalsuan dokumen dan tanda tangan.
Lalu, ada empat sektor yang paling terpengaruh secara signifikan dari penipuan digital, yakni Perbankan dan Fintech, Multifinance dan Pembiayaan Konsumen, Asuransi, serta Kesehatan.
Menurut Managing Director and Group Chief Revenue Officer Vida, Adrian Anwar, pelaku bisnis perlu segera mengambil langkah perlindungan dari penipuan digital. Sebab, saat ini, 56 persen pelaku bisnis telah menghadapi penipuan identitas dan 96 persen menghadapi pemalsuan dokumen. Sementara, 46 persen pelaku bisnis belum tahu bagaimana mengatasi penipuan berbasis AI ini.
Kondisi ini menggambarkan penipuan yang jelas merugikan sudah makin mengkhawatirkan.
Adrian juga menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam menghadapi penipuan digital.
“Seiring dengan meningkatnya kecanggihan teknologi, pelaku bisnis harus mengambil langkah proaktif untuk melindungi pelanggan, proses bisnis, dan reputasi dalam lanskap digital yang terus berubah," kata Adrian, dikutip Selasa (10/9/2024).
Untuk menjawab tantangan ini, Vida meluncurkan Identity Stack – solusi komprehensif yang dirancang untuk mengatasi penipuan, terutama dalam transaksi digital di Indonesia.
Solusi ini diklaim mampu menurunkan tingkat penipuan identitas hingga 99 persen sehingga memberikan perlindungan yang lebih baik bagi proses bisnis dan memastikan pengalaman pengguna yang lancar.
"Sebuah solusi anti-fraud yang terintegrasi tidak hanya memperkuat keamanan, tapi juga membangun kepercayaan pelanggan yang berkelanjutan di era digital,” ujarnya.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved