Prabowo Subianto memahami hujatan secara politis yang kini menerpa mertuanya, mantan Presiden Soeharto. Dia menilai, hujatan tersebut adalah risiko yang harus diterima sebagai pemimpin besar pada zamannya.
"Seorang pemimpin akan selalu menerima hujatan. Sebab, sebagai manusia, siapa pun pemimpin itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihan," ujar mantan Pangkostrad itu di Palembang kemarin.
Prabowo mengatakan hal itu saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta pada acara sosialisasi kandidat calon presiden dalam rangkaian konvensi Partai Golkar. "Apakah kedekatan Prabowo dengan Pak Harto tidak akan menyulitkan posisinya sebagai calon presiden?" begitu pertanyaan tersebut.
Mendengar pertanyaan tak terduga itu, suami Titik Prabowo tersebut berusaha tenang. Bahkan, dia sempat tersenyum. Menurut dia, mantan Presiden Soeharto tidak boleh dilihat dari satu sisi saja. Sebab, selain memiliki kekurangan, Pak Harto mempunyai jasa yang besar.
Pensiunan bintang tiga yang kini menjadi pengusaha itu mengatakan, setiap anak bangsa harus bisa menimbang dan arif dalam menilai pimpinannya pada masa lalu dan sekarang. Dia lantas membandingkan dengan Bung Karno. Seperti halnya Soeharto, Bung Karno yang berjasa kepada bangsa dan negara juga memiliki kekurangan. Saat ini, pun, kata dia, dari suara-suara yang ditangkap dalam kunjungannya ke berbagai wilayah di tanah air, banyak petani yang justru merindukan kehadiran sosok Pak Harto.
"Jika Pak Harto berusia 55 tahun dan ikut pemilihan presiden, mungkin petani yang sebagian besar penduduk Indonesia memilih beliau. Dan, jangan-jangan, kalau Pak Harto menjagokan seorang calon presiden, mungkin itu yang dipilih rakyat," ungkap Prabowo dengan nada tertawa, yang disambut tepuk tangan peserta pertemuan.
Karena itu, Prabowo merasa, kedekatan hubungan dengan Soeharto bukan kendala yang membuatnya takut melangkah untuk menjadi calon presiden. "Kedekatan saya dengan Pak Harto tidak masalah. Dan, saya siap menghadapi risiko apa pun," tambahnya.
Dalam pemaparannya, Prabowo mengatakan, keputusan mengikuti konvensi Partai Golkar diambil karena pola perekrutan calon pemimpin melalui konvensi tersebut adalah gagasan baik dalam perubahan politik dan pergantian pemimpin secara damai dan konstitusional. Menurut dia, kondisi bangsa Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Sebab, banyak harapan yang diharapkan terpenuhi dalam era reformasi ternyata tidak kunjung menjadi kenyataan. Bahkan, korupsi semakin merajalela.
"Masuk tentara, urusan anak sekolah, menjadi gubernur dan bupati, semuanya pakai uang. Apakah negara ini hanya milik orang yang banyak uang? Orang jujur malah tidak dihormati dan tidak memiliki apa-apa karena jujur dianggap bodoh," katanya.
Menurut Prabowo, dalam berbagai segi, bangsa ini dicemooh dunia, terutama negara Asia Tenggara, karena tidak becus mengurus berbagai masalah. Sementara itu, rakyatnya yang berjumlah 220 juta hanya menjadi bangsa penonton.
"Kita saling memaki sesama anak bangsa. Para elite hanya bisa mengucapkan yes yes dan nggih di depan bangsa lain. Kita tidak mau menjadi bangsa terkorup. Karena itu, saya terpanggil mengikuti konvensi ini untuk bisa mengubah citra jelek itu," bebernya.
Sehubungan dengan itu, Prabowo mengharapkan pemimpin Indonesia di masa depan adalah orang yang tepat, bersih, jujur dan tidak larut pada kepentingan sendiri. Sebab, kalau itu terjadi, akan timbul gejolak, kekuatan asing akan masuk, dan semua itu berbahaya bagi NKRI.
© Copyright 2024, All Rights Reserved