Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan melakukan kunjungan luar negeri perdana pada bulan September 2016 mendatang. Dari 3 negara yang menjadi tujuannya, Indonesia salah satunya.
Seperti dilaporkan GMA Network, Kamis (25/08), negara ASEAN pertama yang dikunjungi Duterte adalah Brunei Darussalam, pada 4 September. Brunei mendapat perhatian khusus Durtete karena banyak buruh migran Filipina bekerja di kerajaan kaya minyak itu.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Sultan (Hassanal Bolkiah) karena memberi warga Filipina pekerjaan," ujarnya, saat berpidato di Istana Malacanang, kemarin.
Selanjutnya, Duterte akan menuju Laos pada 6 September untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN+China. Evebnt ini sekaligus pertemuannya pertamanya dengan pemimpin Asia Tenggara lainnya sejak ia menduduki kursi Presiden Filipina.
Selanjutnya, Duterte akan bertolak ke Jakarta, Indonesia pada 8 September. Namun, dalam pidato di Malacanang itu, Durtete menolak menjelaskan agenda lawatannya ke Indonesia.
Ia membantah bila kunjungannya terkait upaya pembebasan Mary Jane Veloso, kurir narkoba yang terancam hukuman mati walau terbukti dijebak agen penyalurnya. “Saya lebih baik tidak berspekulasi untuk isu itu karena sensitif," kata Duterte.
Sementara Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan agenda kunjungan kenegaraan Duterte sekadar lawatan penghormatan (courtesy call). “Ini sebenarnya kebiasaan negara-negara di ASEAN kalau ada Presiden baru, pasti akan mengunjungi tiap negara anggota," terang Juru Bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir, pekan lalu.
Seperti diketahui, Durtete adalah sosok yang cukup kontroversial. Mantan Wali Kota Davao itu meroket namanya setahun jelang pemilu Filipina digelar Mei lalu. Walaupun sering berpidato dengan bahasa kasar serta serampangan, Duterte dianggap politikus yang menepati janji.
Salah satu janji kampanyenya adalah tindakan keras terhadap pengedar narkoba. Janji pemberantasan narkoba dengan kekerasan itu benar-benar dijalankan Duterte dan Kepolisian Filipina dalam 3 bulan terakhir.
Kepolisian Filipina mengaku telah menembak mati 712 orang terkait pemberantasan narkoba. Korbannya mulai dari pengecer kelas teri, pecandu, hingga pejabat beking bisnis narkoba.
Namun, jumlah korban yang tewas terkait narkoba di Filipina telah mencapai 1.800 orang. Sebanyak 1.067 lainnya dibunuh secara misterius.
Maraknya pembunuhan ekstrajudisial di Filipina ini memicu kecaman internasional, termasuk oleh Sekretaris Jendera Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon.
Ban menyebut maraknya pembunuhan pengedar narkoba kelas teri di Filipina sebagai pelanggaran HAM berat.
Duterte tersinggung atas kritikan itu, dan sempat mengancam akan membawa negaranya keluar dari organisasi dunia tersebut.
“PBB bisa mengatakan beberapa hal buruk tentang saya. Tapi sebaliknya saya bisa menceritakan 10 keburukan mereka. Intinya PBB tidak berguna. Karena jika Anda benar-benar mengikuti mandat, sebenarnya (PBB) bisa menghentikan semua perang dan pembunuhan di dunia," kritik Duterte.
Belakangan Durtete meralat ucapannya tentang keluar dari PBB. Ia menyebut tengah bercanda. “Tak bisakah kalian bercanda,” jawab Durtete kepada awak media ketika ditanya ihwal keseriusan pernyataannya keluar dari PBB.
© Copyright 2024, All Rights Reserved