Produsen benih sayuran tropis, PT East West Seed Indonesia (Ewindo) melepas 50 ton dari total 710 ton benih kangkung untuk diekspor ke sejumlah negara secara bertahap hingga Maret 2018. Ekspor perdana kali ini, benih kangkung tersebut dikirim ke Thailand. Pelepasan secara simbolis dilakukan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Spudnik Sujono dan Managing Director Ewindo Glenn Pardede serta petani binaan yang menjadi mitra perusahaan tersebut.
Dirjen Hortikultura (Kementan) Spudnik Sujono mengatakan saat ini ekspor buah dan sayuran Indonesia meningkat. Hal itu terjadi karena perdagangan antar negara di di dunia sangat terbuka, sepanjang saling menguntungkan kedua pihak. Kebutuhan bahan pangan pun demikian, tidak dapat dihindari Indonesia sebagai negara agraris tetap saja membutuhkan produk pertanian dari negara lain. Apalagi masih ada produk-produk tertentu yang tidak dapat di produksi di negara kita. Sebagai contoh bawang putih dan beberapa jenis komoditas sayuran dan buah.
“Untuk bawang putih kami masih ekspor dari China sebanyak 500.000 ribu ton. Sedangkan, produksi dalam negeri dengan kualitas baik telah diekspor secara rutin ke negara lain. Komoditas seperti buah manggis pada tahun 2016 secara rutin telah diekspor ke 29 negara. Produk sayuran Indonesia telah diekspor ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Belanda dengan nilai ekonomi dan kepercayaan yang baik dari konsumen di negara tujuan,"katanya kepada politikindonesia.com di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (21/12).
Dijelaskan, kemitraan antara perusahaan dan petani yang saling menguntungkan ini selaras dengan program pemerintah. Karena ekspor benih sayuran akan memperluas pasar petani di penangkar benih. Selain itu, juga biss menjadi bukti bahwa kualitas benih petani Indonesia diakui di dunia internasional.
“Pola kemitraan seperti cukup bagus. Karena bisa menjadi solusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Sehingga dengan kemitraan ini produksi benih petani dapat langsung diserap oleh perusahaan. Tentunya, pasti juga ada nilai kontraknya,” ujarnya.
Menurutnya, dengan adanya kemitraan ini perusahaan juga akan mendapat pasokan yang berkelanjutan. Kemitraan seperti itu adalah model kemitraan yang patut didorong untuk terus dikembangkan. Karena dengan melalui penerapan pola kemitraan seperti itu, teknologi hasil inovasi budidaya tanaman hortikultura akan menjadi lebih cepat.
“Karena secara tidak langsung, petani akan mendapatkan transper teknologi terbaru dari para peneliti dan petugas lapangan yang ada di perusahaan ini. Oleh sebab itu, kami menganggap perusahaan ini sudah berhasil membangun jaringan petani berskala rendah integrasi bisnis dalam bidang pertanian khususnya masalah perbenihan,” ungkapnya.
Spudnik mengingatkan, perubahan iklim yang terjadi saat ini dan serangan hama penyakit menjadi tantangan besar bagi para peneliti untuk bisa menciptakan benih hortikultura yang tahan keduanya. Sehingga kualitas produksinya juga tetap terjaga.
“Tantangan perubahan iklim dan serangan hama kedepannya akan cukup besar. Kami berharap dengan adanya kemitraan ini bisa menjawab semua tantangan itu. Sehingga kedepannya, kesejahteraan petani juga bisa terangkat dan secara otomatis juga meningkatksn perekonomian pertanian,” paparnya.
Sementara itu, Managing Director Ewindo, Glenn Pardede menambahkan, ekspor benih ini merupakan wujud keseriusan pihaknya dalam mendukung pemerintah untuk mewujudkan kemajuan sektor hortikultura nasional, khusus sayuran. Hal itu juga didukung dengan penelitian dan penemuan benih berkualitas serta pembinaan yang dilakukan kepada petani produksi benih.
“Para petani tidak hanya diperkenalkan dengan varientas unggul, tapi para petani juga diajarkan teknik budidaya untuk menghasilkan benih berkualitas yang diakui dunia internasional. Karena selain kangkung, kami juga sudah berhasil melakukan ekspor untuk 19 crop tanaman. Di antara kacang panjang, paria, labu dan mentimun,” ulasnya.
Diungkapan, total ekspor hingga akhir tahun 2017, diperkirakan mencapai 450 ton. Angka itu melebihi melebihi target awal yang ditetapkan perusahaan sebesar 200 ton. Untuk ngara ekspor yang dituju adalah Jepang, Singapura, Filipina, Vietnam, Hongkong, India, Myanmar, Malaysia dan Thailand.
“Kami optimis dengan semakin terbukanya pasar ekspor dan pembinaan yang dilakukan secara berkelanjutan dan terukur. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani binaan yang berjumlah sekitar 12.500 prtani produksi benih di Indonesia. Mereka tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur hingga NTT dan NTB. Pembinaan ini sudah kami lakukan sejak 27 tahun lalu,” tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved