Dunia saat ini tengah menghadapi masalah serius berupa kerusakan sumber daya alam. Mengajak masyarakat untuk menerapkan konsep ekonomi hijau dengan mencintai lingkungan dan bumi bukan hal yang gampang. Lebih mudah bicara dengan pakar ketimbang masyarakat.
Kampanye ekonomi hijau, memerlukan cara yang lebih membumi. Yang mudah dipahami masyarakat. Pasalnya, masyarakat masih beranggapan, konsep dan implementasi ekonomi hijau yang berkelanjutan, dan hal-hal semacam itu adalah urusan para elite.
“Mudah untuk berbicara soal konsep dan implementasi ekonomi hijau dengan pakar, namun untuk membuat masyarakat kita berubah gaya hidupnya yang serba boros menjadi hemat itu sulit," ujar Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato ilmiah dalam Sidang Terbuka Penganugerahan Doktor Honoris Causa di Aula Barat Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Senin (25/01).
Pidato ilmian ini membahas tema "Kontribusi Sains dan Teknologi terhadap Green Economy dan Pembangunan Berkelanjutan".
SBY mengatakan, masyarakat saat in ikurang memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk kelangsungan kehidupan masa depan. Perlu penyadaran dengan cara-cara yang lebih gampang dimengerti masyarakat.
SBY punya cara unik dalam kampanye ini. Yaitu menceritakan sebuah film alien yang baru saja ditontonnya. Film itu berjudul The Day That Earth Stood Still. "Film itu saya simak dengan rasa ketertarikan," ujar SBY.
Dalam orasi ilmiah itu, SBY terlihat begitu piawai menceritakan kembali kisah di film itu dan pesan sosial yang disampaikannya. Ia bahkan hapal nama-nama pemain film tersebut.
SBY mengisahkan kembali film menceritakan tentang alien yang diutus untuk membantu manusia menyelamatkan bumi. “Klaatu yang diperankan Keanu Reves dari bangsa alien ditugaskan untuk mengubah bumi yang sedang sekarat. Jika gagal maka ia harus memusnahkan manusia," ujar Presiden Global Green Growth Institute (GGGI) ini.
Manusia sebagai penghuni bumi memiliki sifat serakah dan merusak. Sifat itu harus diperbaiki supaya bumi dapat diselamatkan. "Para pemimpin dunia dikumpulkan di markas PBB," cerita SBY.
Dalam pidatonya itu, SBY bahkan mengulang sejumlah dialog penting dalam film tersebut yang intinya, manusia meminta kesempatan terakhir untuk bisa berubah.
Aula barat ITB tersebut, dipenuhi tepuk tangan para civitas akademika dan tamu undangan ketika SBY mengakhiri ceritanya tentang Film tersebut.
"Jangan dulu tepuk tangan. Setelah dengar cerita itu bisakah kita manusia berubah memenuhi janji dan kontrak dengan Tuhan untuk menjaga bumi ini?” tanya SBY.
Janji untuk menjaga bumi tersebut adalah inti yang ingin disampaikankannya. “Jawaban itulah inti pidato saya," kata SBY.
Selanjutnya, SBY mengupas berbagai konsep dan pemikirannya soal pembangunan dengan konsep hijau yang berkeadilan dan berkesinambungan.
SBY mengatakan, keberlangsungan hidup harus menjadi pemikiran semua untuk keselamatan bumi. Ketika tahun 1800 Masehi, bumi hanya diisi 1 miliar manusia. Tapi 200 tahun kemudian, bumi sudah dihuni lebih dari 7,3 miliar manusia.
"Sekarang krisis sumber daya rusak, iklim berubah. Bahwa pemanasan global bukan cuma isu. Ini nyata adanya. Ekonomi hijau dan isu global ini yang akan menentukan nasib kita semua," ujar SBY.
Dikatakan SBY, ekonomi hijau merupakan ekonomi yang meningkatkan taraf hidup dan sekaligus keadilan sosial, seraya tetap mengurangi secara signifikan risiko lingkungan dan tertabraknya ambang ekologis.
"Dalam pengertian sederhana, bisa dijelaskan sebagai ekonomi yang bersifat low carbon, resource efficient, and socially," ungkapnya.
Tujuan masa depan dunia, tambah SBY, adalah memberikan kehidupan yang sejahtera kepada penghuninya serta menjamin atas kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan sumber kehidupan bagi generasi selanjutnya.
"Inilah yang disebut green world. Namun, hal penting yang harus diketahui bahwa dunia hijau yang saya gambarkan tidak akan terwujud jika yang kita lakukan masih seperti dulu. Tidak ada perubahan yang mendasar. Business as usual," tandas SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved