Pembangunan tanggul raksasa alias Giant Sea Wall di Tepi Teluk Jakarta, dimulai dengan peletakan batu pertama, Kamis (09/10). Tanggul ini digarap bersama dengan pendanaan dibagi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Pusat, dan swasta.
"Tahap pertama fase A, yaitu pembangunan tanggul dulu sepanjang 32 kilometer, supaya (Jakarta) enggak banjir," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Chairul Tanjung, di acara ground breaking yang berlangsung di Rumah Pompa Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis sore (09/10).
Menurut Chairul, pembangunan tanggul ini dijadwalkan rampung dalam 3 tahun, yaitu mulai 2015 hingga 2017. Kesepakatan dalam pembangunan ini, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI akan mengerjakan bersama 8 kilometer tanggul ini. "Jadi Pemerintah (Pusat) tanggung 50% dan DKI tanggung 50%," kata Chairul.
Kemudian 24 kilometer tanggul selebihnya dikerjakan oleh perusahaan pengembang. Biayanya akan menjadi tanggungan pengembang yang menggarap kawasan di pesisir utara DKI itu.
"Kami minta para pengembang, harus membangun tanggul yang sama seperti yang dilakukan pemerintah sesuai dengan size wilayah tanahnya. Sudah (kami) sampaikan di rapat," ujar Chairul.
Pada fase yang segera digarap, penggarapan tanggul akan berupa penguatan dan peninggian tanggul laut menjadi setinggi rata-rata 1,5 meter. Tujuan penguatan dan peninggian ini, adalah untuk mencegah rob, banjir musiman yang sudah dianggap biasa terjadi di DKI.
Chairul mengatakan, tanggul ini dibangun karena telah terjadi penurunan muka tanah yang signifikan di kawasan utara Jakarta. Selain itu, permukaan laut juga bertambah tinggi seiring perubahan iklim. Daerah pesisir yang terendam air juga sudah terus bertambah.
"Menurut survei, tahun 2050-an, sebagian Jakarta dan Monas yang merupakan simbol Jakarta akan tenggelam (bila tak ada upaya ekstra). Bukan ujung Monas ya, tapi sekitarnya akan kena banjir," kata Chairul.
Menurut Chairul, pembangunan tanggul raksasa sudah dipikirkan sejak zaman pemerintahan Presiden Soeharto, ketika DKI dipimpin Gubernur Suryadi Soedidja pada 1994.
"Namun, sangat disayangkan, baru 20 tahun kemudian, tepatnya 2014, kita baru berhasil mencanangkan proyek yang luar biasa strategis ini. Tetapi, lebih baik terlambat dari pada tidak," kata Chairul.
Secara keseluruhan proyek Giant Sea Wall ini jika berjalan konsisten akan selesai pada 2030. Namun bila ada hambatan seperti penolakan maka penggarapannya bisa sampai 2050.
© Copyright 2024, All Rights Reserved