Harga aluminium naik disebabkan meningkatnya biaya produksi yang mencapai rekor tertinggi.
Harga aluminium berjangka untuk kontrak pengiriman 3 bulan di London Metal Exchange (LME) melambung 1,6% menjadi 2.637,5 Dolar AS per metrik ton, Selasa (22/10/2024) malam.
Reuters melaporkan, kenaikan ini didukung lonjakan harga alumina, atau aluminium oksida, suatu bentuk bijih olahan yang digunakan untuk membuat aluminium primer.
Kontrak front-month alumina yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (ShFE) mencapai rekor tertinggi 5.003 Yuan sebelum ditutup melesat 2,9% menjadi 4.933 Yuan.
Menurut Trader, harga alumina tidak hanya didorong oleh speculating funds, fundamental tetap kuat dan ruang untuk koreksi bisa jadi terbatas.
Ada pun, pasokan alumina mengetat dengan kekurangan bauksit akibat gangguan di Australia dan Guinea. Bauksit adalah bijih mentah yang dapat dimurnikan menjadi alumina.
Konsumsi alumina China melesat bulan ini meski harganya lebih tinggi, dengan produsen aluminium meningkatkan produksi untuk mendapatkan keuntungan dari margin yang sehat.
Nikel anjlok 1,7% menjadi 16.420 Dolar AS per ton, timbal (lead) naik 0,7% jadi 2.071,50 Dolar AS dan timah melemah 0,3% ke level 30.930 Dolar AS.
Di sisi lain, harga seng (zinc) melambung 2% menjadi 3.138 Dolar AS per ton.
Premi seng tunai LME atas kontrak 3 bulan naik menjadi 15,74 Dolar AS per ton, dalam struktur yang dikenal sebagai backwardation.
Seng, yang utamanya digunakan untuk mencegah korosi baja, adalah satu-satunya logam dasar yang mengalami backwardation, yang biasanya merupakan tanda pasokan jangka pendek yang ketat.
Harga tembaga naik 0,3% menjadi 9.584,5 Dolar AS setelah persediaan di gudang yang dipantau oleh LME tersungkur ke level terendah dalam 77 hari, yakni 280.100 ton, dikutip dari indopremier.
China mengatakan, produksi tembaga olahannya sepanjang September tetap stabil di posisi 1,14 juta ton. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved