Indonesia siap jika diminta oleh Korea Selatan dan Korea Utara untuk menjadi juru penengah. Namun hingga saat ini belum ada permintaan langsung dari Korsel untuk meminta bantuan terkait hal itu.
"Menciptakan suatu kawasan yang damai dan stabil merupakan tujuan utama dari Indonesia. Jadi, Indonesia selalu siap berkontribusi dalam menciptakan dan mempertahankan suatu kawasan yang stabil dan damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, Kamis malam (27/08).
Menurut diplomat yang pernah bertugas di New York dan Jenewa itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat ini tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Negeri Ginseng untuk menjadi salah satu pembicara di sebuah konferensi yang membahas perdamaian dunia.
Pria yang pernah mendamaikan Aceh dan Poso itu menjelaskan, PBB meminta dirinya berbicara tentang bagaimana menjaga perdamaian di Indonesia.
"Mereka ingin selalu meminta pengalaman Indonesia untuk menjaga perdamaian di Indonesia. Semua ingin mendengarkan apa usaha kita. Jadi, ya saya datang," kata JK di kantor Wakil Presiden.
Namun, belum diketahui apakah isu menjadi juru penengah itu, akan ikut dibahas JK dengan pejabat tinggi Korsel. Hubungan dua Korea kembali sempat tegang dan saling ancam ketika Korsel menolak untuk menghentikan program propaganda siaran menggunakan pengeras suara di area perbatasan.
Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un kemudian memberikan tenggat waktu bagi Korsel agar pengeras suara itu dicabut pada Sabtu kemarin.
Jika mereka membandel, maka Korut akan menyerang Korsel. Korut merasa khawatir jika rakyatnya mendengar informasi dari luar. Sementara, yang ditayangkan melalui pengeras suara adalah berita mengenai Korsel.
Negeri Ginseng beralasan menghidupkan lagi propaganda siaran itu, sebagai bentuk balas dendam, karena dua pasukan militernya terluka akibat kena ledakan ranjau. Presiden Park Geun-hye menuding ranjau itu dipasang oleh militer Korut. Pernyataan itu dibantah oleh negara komunis tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved