{Who wants to be a millionaire ?}. Pejabat Bank Mandiri.
Untuk itulah bank yang kerap mengucapkan memberikan pelayanan terbaik ini, memberikan bunga deposito yang cukup menarik bila dibanding dengan bank-bank {plat merah} lainnya. Nah, PT. Jamsostek, setidaknya tergiur dengan itu. Karenanya BUMN yang menaungi jaminan terhadap para tenaga kerja ini, hingga awal Maret 2002 setidaknya telah mendepositokan uang senilai Rp 4,1 triliun di Bank Mandiri. Alasan lainnya, tentu karena sesama BUMN. Harus saling menunjang dan berkoordinasi.
Tapi, untuk kali ini, setidaknya terhadap deposito yang dibenamkan pada bulan februari 2002 senilai dua ratus miliar rupiah, bukannya bunga deposito yang diperoleh Jamsostek, {ujung-ujung} harus berurusan dengan pihak Polda Metro Jaya. Bagaimana ceritanya?
Begini, PT. Jamsostek, sekitar pertengahan Februari 2002 mendepositokan uang sebesar seratus miliar rupiah pada Bank Mandiri. Sebagai tanda deposito telah disetor, tentu pihak Jamsostek mendapatkan satu lembar bilyet deposito senilai seratus miliar rupiah dari Bank Mandiri. Kenyataannya, bilyet deposito yang diberikan Bank Mandiri bukan berbentuk satu lembar senilai tersebut, namun deposito itu dipecah oleh Bank Mandiri menjadi lima buah bilyet, masing-masing senilai dua puluh miliar rupiah. Ada apa?
Mendapat perlakuan yang demikian, Jamsostek {jengkel} dan {complain}. Bila saja bukan karena sesama BUMN, dipastikan Jamsostek akan segera {hengkang} dari Bank Mandiri. Memang akhirnya pihak Bank Mandiri meminta ma’af kepada Jamsostek dan berjanji tidak akan terulang kembali.
Tampaknya pihak Jamsostek meyakini betul janji Bank Mandiri. Pada sekitar akhir Februari 2002, kembali pihak Jamsostek mendepositokan dananya senilai serauts miliar rupiah. Dan apa {lacur?} Ternyata, janji tinggal janji. Deposito senilai itu kembali dipecah oleh Bank Mandiri menjadi lima buah bilyet masing-masing senilai dua puluh miliar rupiah.
Dan yang lebih {cilaka} lagi, hingga berita ini diturunkan (28/03), lima buah bilyet senilai masing-masing dua puluh miliar rupiah itu, baru diberikan Bank Mandiri kepada Jamsostek hanya dua buah saja (senilai 40 miliar rupiah). Sementara yang tiga buah senilai enam puluh miliar rupiah, tidak diberikan Bank Mandiri kepada Jamsostek. Padahal sudah berulang kali di tanyakan kepada Bank Mandiri. {Nothing}. Ada apa?
Nah, ketika Jamsostek sibuk-sibuknya menagih bilyet deposito tersebut, tiba-tiba pihak Jamsostek harus berurusan dengan pihak Polda Metero Jaya. Kenapa? Ternyata pihak Bank Mandiri membuat laporan bahwa bank mereka telah dibobol (?) oleh kelompok AJP (Dirut PT.DM) melalui pengucuran kredit sebesar seratus dua puluh miliar rupiah. Dan untuk jaminan kredit tersebut, adalah deposito milik Jamsostek yang dipalsukan. Aneh?.
Lho {koq} bisa terjadi? Ya bisa. Pasalnya, Kepala Cabang Bank Mandiri Prapatan, CS katanya turut terlibat memperlancar proses pemalsuan dan pengucuran kredit {ecek-ecek} itu.
Bagaimana cerita Bank Mandiri dibobol? Adalah AJP dan kawan-kawannya yang berlagak sebagai pemohon kredit yang mengajukan kredit. Jaminannya adalah deposito Jamsostek yang ada di Bank Mandiri, tapi itu sudah dipalsukan. Lantas, kredit dicairkan oleh Bank Mandiri begitu saja. Bahkan tanpa dibuatkan akad kredit. {Koq} bisanya? Ya bisa. Lihat saja, melalui layar kaca saja bank ini gencar menabur-nabur uang. Apalagi secara diam-diam. Nah, kasus inilah kemudian yang meng{eret-eret} pihak Jamsostek ke Polda Metro Jaya.
Bagaimana kasus ini sampai kepada pihak Polda Metro? Ceritanya rada aneh. Begini, tersebarlah cerita bahwa Bank Mandiri sedang melakukan penyelidikan internal. Pihak manajemen menemukan adanya pemalsuan bilyet deposito milik Jamsostek yang ada di Bank Mandiri. Lantas, pihak Bank Mandiri melaporkan kasus tersebut ke ke Polda Metro tanggal 14 Maret 2002. Padahal, soal palsu memalsu dan cair mencairkan kredit itu terjadi sebulan sebelumnya. Nah {lho?}
Yang membuat kita tidak habis pikir, {koq} bilyet deposito yang seharusnya diberikan kepada Jamsostek, enak-enak di{kongkongi} Bank Mandiri. Tidak diserahkan kepada Jamsostek, padahal sudah ditagih berkali-kali. Malah, berujung pada dipalsukannya bilyet deposito tersebut.
Kalau disimak secara jernih dengan mengacu pada prosedure perbankan, tampaknya upaya Bank Mandiri melaporkan kasus pembobolan bank, merupakan sebuah cara untuk menutupi yang belum menyerahkan bilyet deposito milik Jamsostek. Karena bila kasus ini terkuak kepermukaan, tentu Bank Mandiri akan rusak citranya. Bagaimana mungkin bisa terjadi, bila nasabah menaruh deposito di Bank Mandiri tetapi tidak diberi tanda bukti kepemilikannya. Orang menabung di tabungan biasa saja, menit itu nasabah setor, menit itu juga buku tabungan nasabah di {print out} oleh pihak bank dan diberikan kembali kepada nasabah. Nah ini deposito yang cukup besar nilainya.
Disisi lain, soal memecah deposito nasabah, tanpa izin dari si nasabah, tentu sebuah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan oleh aturan perbankan. Begitu juga, bila bank tidak memberikan bilyet deposito kepada nasabah, ini lebih parah lagi tentunya. Dan tentu tak mungkin terjadi di dunia perbankan yang canggih dan modern, apalagi bank sekelas Bank Mandiri. Tapi itulah kenyataan yang ada pada bank yang mensponsori kuis {“Who wants to be a millionaire”} di layer kaca ini.
Itu satu sisi. Sementara sisi yang lainnya, bagaimana mungkin deposito Jamsostek bisa dijaminkan oleh pihak lain, diluar Jamsostek. Tentu untuk menjadi penjaminan kredit atas nama orang lain, pihak Bank Mandiri harus melakukan konfirmasi kepada pejabat yang berwenang di Jamsostek. Apa benar pihak Jamsostek memberikan depositonya untuk dijaminkan guna mengeluarkan sebuah kredit? Aneh, tapi benar-benar nyata. Lantas kredit dikucurkan dan tanpa membuat akad kredit.
Kini, perkembangan kasus ini telah ditangani Polda Metro Jaya yang menyiapkan tim khusus untuk memburu para tersangka lainnya. Jika lebih teliti diselidiki, kasus ini lebih mengarah pada sebuah konspirasi korupsi yang memang tetap menjamur di era pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Jadi bukan sekedar kasus pembobolan bank oleh pihak diluar bank, seperti yang sekarang ini mencuat ke permukaan. Ini konspirasi korupsi bung!
© Copyright 2024, All Rights Reserved