Ini perkembangan baik. Sejak bencana tsunami Aceh 2004, sistem tanggap bencana di Indonesia sudah lebih baik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki koordinasi lebih cepat dan tepat.
Jusuf Kalla (JK) mengemukakan penilaian itu saat mengunjungi korban luka bakar di RS dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10).
Menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu, penanganan bencana seperti ini, butuh kerja keras dari semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah dan BNPB.
JK juga menilai Tim Tanggap Bencana telah melakukan antisipasi dengan cepat dan tepat. Ia menyontohkan, kenaikan status aktivitas vulkanik Merapi dari siaga ke awas, telah diputuskan berdasarkan perhitungan-perhitungan tertentu sesuai kondisi darurat.
JK meminta agar tragedi tersebut menjadi pengalaman. Sehingga ke depannya, masyarakat mau mengikuti imbauan dan aturan dari pemerintah.
"Bagaimana pun, aturan pemerintah dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih baik," kata mantan wapres itu..
Masih tingginya kepercayaan masyarakat atas kebiasaan terkait aktivitas Gunung Merapi ditengarai sebagai penyebab jatuhnya korban awan panas itu. Karena itu JK berharap rumah sakit memberikan perawatan yang maksimal kepada seluruh korban.
Trisno Heru Nugroho, Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito mengatakan, pihaknya masih merawat 12 korban luka bakar. “Empat diantaranya meninggal akibat luka bakar serius,”ujarnya.
Keempat korban luka bakar yang meninggal dunia tersebut adalah Ny Pujo,68, warga Umbulharjo yang mengalami luka bakar 70 persen. Muji,50, yang mengalami luka bakar 89 persen, Tarno,60, yang mengalami luka bakar 72 persen serta Mursiyam, 45, warga Pelemsari yang mengalami luka bakar 80 persen.
Menurutnya, hingga saat ini, jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Merapi yang berada di RS Sardjito berjumlah 28 orang. Dua di antaranya sudah diambil oleh pihak keluarga yaitu wartawan Vivanews.com Yuniawan, dan relawan dari PMI Bantul Tutur.
© Copyright 2024, All Rights Reserved