Sebuah kapal dengan penumpang sekitar 100 pengungsi Rohingya terombang-ambing di perairan Labuhan Haji, Aceh Selatan. Kapal tersebut berada di sekitar Labuhan Haji sejak Jumat (18/10/2024).
Kapal tersebut terpantau berada sekitar 4 mil dari bibir pantai dan diduga mengalami kerusakan mesin.
"Informasi dari nelayan menyebutkan adanya kapal pengungsi Rohingya di perairan Labuhan Haji," ujar Kapolres Aceh Selatan, AKBP Mughi Prasetyo Habrianto, melalui Kapolsek Labuhan Haji, Ipda Sabda Man Sobri.
Panglima Laot Aceh Selatan (Asel) Muhammad Jabal mengatakan, dia melihat ada seorang perempuan yang sudah meninggal dunia di kapal tersebut.
“Saya sendiri melihat (secara langsung) ada mayat di kapal. Seorang perempuan," ujarnya, dikutip Sabtu, (19/10/2024).
Jabal menambahkan, bantuan kemanusiaan dari Dinas Sosial (Dinsos) Aceh Selatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah mulai disalurkan. Penyaluran dilakukan sejak Jumat (18/10/2024), mulai pukul 11.00 WIB.
“Kita sudah berikan bantuan langsung, tetapi mereka masih berada di laut, belum ditarik ke darat. Masih dalam tahap koordinasi," ujar Jabal menerangkan.
Saat ini, lanjut Jabal, pihak UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) badan pengungsi PBB, masih dalam perjalanan untuk membantu menangani situasi tersebut.
Namun, ada kendala besar dalam upaya menarik kapal ke darat, karena permasalahan hukum yang terkait dengan penanganan pengungsi internasional.
Menurut Jabal, ada dugaan bahwa kapal tersebut terlibat dalam praktik perdagangan manusia.
“Tampaknya ada indikasi human trafficking, tetapi itu belum bisa dipastikan. Yang jelas, kapal ini kapal lokal, baru dibeli oleh warga," ujar Jabal.
Jabal mengungkapkan, kondisi kapal yang mengalami kerusakan mesin semakin memperburuk keadaan. Para relawan dan tim penyelamat belum bisa merapat ke kapal karena khawatir akan keselamatan mereka dan pengungsi.
“Kita hanya bisa mendekat sejauh 10 meter. Kapal mereka rusak, tapi kita belum tahu apakah rusaknya disengaja atau karena faktor lain," ujar Jabal menjelaskan.
Menurut Jabal, sebagian besar pengungsi di kapal tersebut merupakan anak-anak. Mereka berada dalam kondisi rentan dan membutuhkan pertolongan segera. Hingga saat ini, kapal masih berada di perairan.
“Saat memberi bantuan kita tidak bisa langsung mendekatkan diri karena takutnya mereka lompat ke kapal kita,” ujarnya.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved