Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, demografi Indonesia yang masih berbentuk piramida merupakan tantangan bagi sebuah negara multikultur untuk mempertahankan persatuan.
"Kita melihat negara yang kurang dari 71 tahun dan mereka lebih solid dan kesejahteraannya lebih baik dari kita. Sehingga kelas menengah banyak dan lebih kuat kebangsaannya, sedikit berbeda dengan kita," kata Tito dalam diskusi kebhinnekaan di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (19/12).
Tito menjelaskan, bentuk demografi Indonesia yang berbentuk piramida, menunjukan masih banyaknya low class jika dibandingkan dengan middle class atau bahkan top class yang sangat sedikit.
Menurut Tito, demografi tersebut merupakan tantangan bersama dalam menjaga kebhinekaan. "71 tahun demografi kita masih berbentuk piramida, high class danmiddle classnya tidak besar, tapi low classnya besar. Low class besar menjadi potensi perpecahan cukup tinggi," kata Tito.
Dalam menjaga kebhinnekaan, Tito meminta bangsa Indonesia untuk mewaspadai pengaruh negara-negara lain. Selain itu, pergerakan peta politik dari negara lain dimungkinkan akan menguji kebhinekaan di Indonesia. Demokratisasi yang terjadi saat ini harus disikapi secara bijak, tidak berlebihan karena akan menjadi potensi penganggu kebhinekaan di balik nilai positifnya.
Tito mengatakan, dengan adanya super power yang muncul, demokratisasi terjadi, iklim demokratisasi yang terlihat sebenarnya baik karena ada ruang check and balance. ”Nilai positifnya adalah kita punya sistem pemerintahan yang tak oligarki, tapi demokrasi ini menjadi sebuah ruang kebebasan yang sangat luas, kebebasan berpendapat, kebebasan organisasi, kebebasan berpendapat, jika terlalu bebas, malah bisa potensi bahaya karena akan membuka ruang primordialisme," kata Tito.
© Copyright 2024, All Rights Reserved