Pertanian modern harus lebih mengandalkan mekanisasi pertanian. Sistem ini telah terbukti bisa mempercepat waktu budidaya tanaman dan menghemat tenaga kerja lebih dari 60 persen. Produktivitas lahan pertanian dapat meningkat dan biaya tenaga kerja dapat dihemat hingga 50 persen.
Kementerian Pertanian terus mengembangkan mekanisasi yang berbasis teknologi untuk membantu proses produksi. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, mekanisasi yang berbasis teknologi ini mampu mensubtitusi tenaga kerja manusia yang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini terus berkurang. Selama ini, terjadi pergeseran tenaga kerja pertanian ke non pertanian. Bahkan, pada 2015 jumlah petani Indonesia hanya tinggal 27 juta jiwa.
"Oleh sebab itu, kita sangat memerlukan mekanisasi pertanian yang membantu proses produksi. Dibutuhkan alat mesin pertanian (alsintan) untuk membangun pertanian modern. Tentunya, alsintan itu harus diciptakan dan diproduksi sendiri sehingga bisa ekspor," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (09/01).
Mentan meminta para pengembang dan peneliti pertanian agar membagi konsentrasi terhadap pembuatan alat pertanian. Di antaranya jagung, padi dan kedelai. Karena pengembangan alat untuk jagung pascapanen juga harus segera diselesaikan, dan diharapkan bisa mendorong percepatan lainnya.
"Untuk mempercepat penciptaan alat tersebut kami anggarkan kepada Balitbang Pertanian sebesar Rp2 triliun."
Amran menjelaskan, besarnya anggaran tersebut karena pemerintah ingin memacu penggunaan alsintan. Saat ini jumlah penggunaan alsintan di Indonesia masih lebih kecil dibanding negara tetangga. "Jumlah alsintan untuk budidaya dan usai panen padi di Indonesia, saat ini baru 231.870 unit," terang dia.
Dijelaskan, pihaknya telah menyusun grand design pengembangan mekanisasi Indonesia hingga 2045, agar seluruh kebutuhan alsintan lokal dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. Bahkan, pihaknya juga mendorong agar Indonesia bisa mengekspor alsintan sehingga bisa meningkatkan daya saing produk pertanian.
"Sebagai gambaran, untuk menggarap sawah yang luasnya 8,11 juta hektare, diperlukan 1.275.320 unit alsintan dari berbagai jenis, mulai dari traktor tangan hingga mesin pengering. Jika ingin ekspor alsintan, maka tahun ini ditargetkan produksi alsintan dalam negeri mencapai 1.000 unit guna mendukung modernisasi sektor pertanian di Indonesia," paparnya.
Pihaknya akan mencoba memproduksi alsintan secara bertahap, mulai 20 unit, 100 unit, hingga 1.000 unit. Dia menuturkan produksi alsintan akan dilakukan secara sinergis antara para ahli dari Perhimpunan Teknik Pertanian (Perpeta) dan universitas di dalam negeri dengan asosiasi alat serta mesin pertanian.
"Produksi alsintan melibatkan badan usaha. Salah satunya dengan penandatangan nota kesepahaman antara Badan Litbang Kementerian Pertanian dan PT Birawa Megah Wiratama. Nantinya, para ahli yang mempunyai teknologi alsintan untuk diproduksi akan dapat royalti sampai 2,5 persen dari harga jual. Kalau terjual Rp 1 miliar saja, kan lumayan," ucapnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved