Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, dunia maya saat ini tengah dilanda penyakit hati. Sampah informasi bertebaran secara masif tanpa melalui verifikasi dan konfirmasi.
"Hoax, sas-sus, fitnah, dan hujatan bersahut-sahutan nyaris tiada henti. Informasi sumir yang sudah usang datang silih berganti," kata Lukman, Kamis (09/02).
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika pada akhir 2016, terdapat sedikitnya 800 situs yang diduga menjadi produsen berita hoax, berita palsu, dan juga ujaran kebencian.
"Tersebar melalui Facebook, Twitter, hingga grup-grup Whatsapp, virus itu langsung menyerang otak mengoyak nalar insani. Bila terpapar virus ini, orang akan mengalami skizofrenia informasi yang berujung lunturnya nurani, akal, dan budi," kata Lukman.
Lukman mengingatkan, padahal akal dan budi dapat menentukan apakah seseorang mampu tegak atau malah terjerembab dalam kemudaratan. Penyakit hati sering disebut sebagai biang masalah. "Orang cerdas jadi nampak beringas, orang berilmu terjebak saling berseteru, dan orang berbudi dicaci-maki. Jempol tangan bergerak tanpa kendali," kata Lukman.
Lukman menyayangkan kondisi tersebut terjadi tanpa disadari. Menurut salah satu tokoh sufi, Imam Al Ghazali, penyakit hati ibarat belang di wajah seseorang yang tidak memiliki cermin.
"Jika diberi tahu orang lain pun, mungkin dia tak mempercayainya. Pada suasana batin tertentu, kebenaran tak lagi jadi penentu. Segala alasan dicari untuk membenarkan tindakan yang telanjur salah," kata Lukman.
Lukman menegaskan, seluruh masyarakat Indonesia sebenarnya bersaudara. "Jika salah satunya sakit, yang lain turut merasakannya. Karena itu, marilah berlatih empati agar selalu ingat pada keadilan ilahi. Sesama saudara, janganlah mencaci jika tak ingin dibenci. Jangan pula memfitnah karena bakal terkena tulah. Bersikaplah bijak agar sadar dimana tempat berpijak," kata Lukman berharap.
Lukman mengatakan, di zaman digital seperti sekarang, masyarakat dihadapkan pada persaingan global. Jika ingin menjadi bangsa yang andal maka masyarakat perlu mengoptimalkan kualitas diri.
"Jadikan air bah informasi sebagai modal produktif menuju level lebih tinggi. Janganlah puas hanya menjadi generasi pemangsa berita bohong, penyantap kabar burung, atau penikmat konten negatif lainnya," kata Lukman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved