Pemerintah telah menyiapkan konsep pengembangan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) ke depan. Begitu perusahaan ini beralih ke tangan pemerintah, pemerintah sudah menyiapkan dua opsi pengelolaan. Menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru, atau menjadi anak perusahaan BUMN.
Opsi tersebut disiap oleh Kementerian BUMN. “Kita sedang melakukan berbagai persiapan untuk mengelola Inalum, setelah beralih ke tangan pemerintah Indonesia," kata Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (18/01).
Mustafa mengatakan, realisasi pengelolaan Inalum masih dalam kajian Tim Negosiasi Inalum yang sudah terbentuk pada November 2010. Tim tersebut diketuai MS Hidayat, Menteri Perindustrian. “Kami tinggal menunggu undangan dari Pak Hidayat, untuk selanjutnya membicarakan opsi pengambialihan dan pengelolaannya," kata Mustafa.
Saat ini, Jepang masih menguasai 58,9 persen saham Inalum melalui Nippon Asahan Alumminium (NAA). Sementara, pemerintah Indonesia hanya memiliki 41,1 persen. Adapun masa berlaku build, operate and transfer (BOT) Inalum akan berakhir 2013.
Sesuai kontrak, tiga tahun sebelum masa berlaku BOT habis, kedua pihak harus telah melakukan negosiasi apakah memperpanjang kontrak atau tidak.
Pihak Jepang melalui Nippon Asahan Alumminium (NAA) menguasai 58,9 persen saham Inalum, dan 41,1 persen milik pemerintah Indonesia. Adapun saham NAA dikuasai 50 persen oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan 50 persen milik swasta Jepang.
Mustafa menjelaskan, umurnya kontrak Inalum sampai 2013. “Selang waktu itu kita terus melakukan persiapan pengambilalihan yang didasarkan pada kemampuan keuangan dan bagaimana pengelolaannya," ujar dia.
Dari sisi pendanaan, bisa saja diserahkan kepada BUMN karena sejumlah perusahaan milik negara sangat mampu untuk membiayai pengambilalihan tersebut. “Saya optimistis BUMN bisa mendanai sekaligus mengelola Inalum ke depan. Pendanaan dari BUMN agar tidak mengganggu alokasi APBN.”
Hitung-hitungan pemerintah, dana yang dibutuhkan untuk pengambilalihan 58,87 persen saham Inalum berkisar US$700 hingga US$800 juta. “BUMN siap membiayai itu. Bisa saja diserahkan kepada satu BUMN atau diperoleh melalui konsorsium BUMN. Dengan begitu tidak akan memberatkan ABPN," ujarnya.
Dalam pengambilan ini, sejumlah BUMN akan dilibatkan. Mustafa menyebut beberapa. Diantranya, PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Danareksa Sekuritas dan PT Bahana Securities, dan PT Aneka Tambang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved