Menjadi aktivis buruh sebelumnya tak pernah terbayangkan oleh Wiwik Aswanti, SH. Awal bekerja dia adalah bagian dari manajemen perusahaan. Namun perkenalan dengan serikat pekerja akhirnya menyeret Wiwik menjadi aktivis perjuangan buruh. Apa yang diperjuangkan teman-teman serikat pekerja di perusahaannya adalah hal yang nyata dan menyangkut kebutuhan bersama seluruh karyawan.
Saat ini Wiwik Aswanti menjadi bagian dari Pengurus Nasional Bidang Media di Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI). Dia menjadi koordinator tim media di Bekasi, dan tim media di Bekasi giat mengirimkan tulisan tentang buruh. Bahkan, Bekasi menjadi penyumbang tulisan terbesar di media tersebut.
Tak berhenti di dunia tulisan, tim media di Bekasi ini juga mulai membentuk tim podcast. Meski belum maksimal, namun mereka mengusahakan bisa tayang rutin. Wiwik masih terus mengembangkan diri. Saat ini dia mengembangkan karier sebagai pengacara, dan melanjutkan pendidikan S2 bidang hukum.
Untuk menggali lebih dalam bagaimana perjuangannya sebagai aktivis buruh, Endah Lismartini dari politikindonesia.id mewawancarai Aktivis Buruh, Pengurus Nasional Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Wiwik Aswanti SH di Bekasi. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana awal mulanya terjun menjadi bagian dari serikat buruh?
Awalnya saya justru berada di pihak manajemen, dikirim manajemen untuk menjadi bagian dari serikat buruh di perusahaan tempat saya bekerja. Di situ saya mendengarkan bagaimana teman-teman di serikat pekerja perusahaan bercerita dan berjuang soal nasib dan kesejahteraan mereka. Saya jadi bersimpati dan terpikir, apa yang mereka sampaikan banyak benarnya, dan saya sebenarnya juga buruh, saya karyawan dan harusnya jadi bagian dari mereka. Kan saya bukan pemilik perusahaan.
Akhirnya saya memutuskan daftar jadi anggota serikat pekerja. Ketika ada negosiasi SKB dengan manajemen soal upah, BPJS, atau hal-hal lain terkait hak dan kesejahteraan karyawan saya berada di pihak serikat pekerja, bukan di pihak manajemen. Karena menurut saya, itu adalah hal yang layak diperjuangkan karena menyangkut nasib seluruh karyawan, bukan hanya saya. Padahal, mungkin saat itu gaji saya sudah jauh di atas teman-teman yang berada di serikat pekerja. Tapi saya memilih berpihak pada teman-teman, bukan pada perusahaan. Bersyukurnya, perusahaan mau mendengarkan dan bekerjasama dengan karyawan.
Bagaimana awal mulanya terjun menjadi bagian dari serikat buruh?
Jadi setelah aktif mengurus serikat pekerja perusahaan, saya sempat berhenti kerja dan membuka usaha di bidang percetakan. Tapi pertemanan dengan para aktivis malah semakin intensif, karena mereka menjadi pelanggan usaha saya. Teman-teman tahu saya pernah menjadi bagian dari serikat pekerja perusahaan, lalu saya diminta membantu mereka.
Awalnya saya diminta bantu di FSPMI Kabupaten dan Kota Bekasi. Kami bergerak bersama untuk menjaga perjuangan teman-teman buruh. Lalu ketika rapat pengurus, dan Pengurus Nasional FSPMI memutuskan membuat media untuk mendukung aktivitas gerakan, mereka mempersilakan seluruh FSPMI di kabupaten dan kota membantu menulis atau mengirimkaan tulisan. Saya mengajukan diri ke pengurus FSPMI untuk membantu di media KoranPerdjoeangan. Saya merasa tertarik saja di dunia media.
Apa saja yang dilakukan hingga media Perdjoeangan bisa semakin berkembang?
Sebelumnya saya hanya menjadi anggota saja di bagian media KoranPerdjoeangan ini. Lalu ketika berganti kepengurusan, saya diminta menjadi koordinator media Perdjoeangan. Setelah itu saya dan teman-teman yang mengurus media Perdjoeangan ini berkomitmen untuk merutinkan pengiriman tulisan ke nasional.
Alhamdulillah, sejak itu kami bekerja bareng untuk rutin mengabarkan informasi seputar gerakan buruh. Karena kami tak ada yang punya basic jurnalistik, kami mengundang teman-teman dari media mainstream untuk bantu meningkatkan kapasitas. Kami bikin kelas jurnalisme dasar, lalu bikin kelas desain grafis, ada juga kelas videographer, dan kelas-kelas lain yang bisa membantu kami untuk terus berkembang. Setiap pembukaan kelas, peserta selalu membludak, bisa sampai 50 peserta.
Bagaimana pergeseran yang Anda rasakan, dari buruh tiba-tiba ikut mengurus ‘media’?
Seru sih. Satu pegangan saya tiap menulis, adalah 5W+1H. itu menurut saya bekal dasar. Jadi kalau mengajak teman-teman untuk bantu menulis dan mereka ragu, saya selalu bilang, yamg penting 5W+1H itu. Setelah itu kami berkembang pelan-pelan, dan mulai memilih berita. Awalnya beritanya sederhana, bahkan acara RT juga kami beritakan. Tapi lama-lama kami terlatih semakin selektif memilih tulisan.
Sekarang tulisan dari kabupaten dan kota Bekasi jadi paling banyak dibanding daerah lain. Kami bisa rutin mengirim tulisan sebanyak 100 sampai 120 tulisan perbulan. Karena memang isu perburuhan di Bekasi kan banyak ya.
Pernah mengalami perselisihan setelah merutinkan tulisan yang kritis?
Pernah. Dengan perusahaan pernah, dengan BPJS Bekasi juga pernah. Mereka menelpon dan mengundang kami. Lalu menjelaskan versi mereka. Karena teman-teman kalau sudah mengkritisi perusahaan biasanya memang sangat keras. Jadi perusahaan dan BPJS yang kami beritakan memberikan penjelasan versi mereka. Nah, kami muat juga penjelasan mereka sebagai bagian dari hak jawab mereka. Jadi kami mengikuti cara media mainstream bekerja, termasuk memberikan hak jawab.
Apa yang bikin Anda akhirnya menikmati jadi aktivis buruh?
Mungkin karena pada dasarnya saya suka beraktivitas ya. Tapi belakangan aktivitas saya jadi lebih terarah setelah terjun di serikat buruh. Saya menemukan nilai-nilai yang menurut saya layak diperjuangkan bersama. Dan ini menyangkut hajat hidup bersama, hajat hidup orang banyak. Jadi saya seperti menemukan aktifitas yang pas untuk saya perjuangkan.
Enggak khawatir ada teror atau semacamnya?
Enggak kok. Kalaupun ada, itu saya anggap risiko. Kami bergerak saja terus. Dan karena aktivitas ini, saya jadi punya pertemanan yang terus meluas, karena bisa kenal dengan teman-teman dari berbegai wilayah di Indonesia. Kalau soal teror atau ancaman-ancaman lain, Alhamdulillah sejauh ini tidak terasa mengganggu.
Apa harapan Anda dengan perjuangan yang sedang Anda lakukan hari ini?
Kalau untuk media Perdjoeangan, kami di Bekasi terus berusaha mengembangkan diri. Salah satunya dengan membuat podcast. Ruangan rapat kami sulap jadi ruangan podcast. Saya dan beberapa teman bahkan berjuang dengan modal sendiri. Kami beli alat kerja. Ada yang urunan, ada juga teman yang rela membeli kamera seharga 26 juta dari dana pribadinya. Mungkin karena kami mencintai organisasi dan perjuangan ini, akhirnya kami berkorban sampai sedemikian. Tapi kami Ikhlas kok. Malah senang.
Kalau untuk perjuangan gerakan, saya berharap apa yang kami perjuangkan hari ini, terkait nasib dan kesejahteraan buruh akan berdampak maksimal. Bagaimanapun nasib kami hingga hari ini masih sering terabaikan. UU Cipta Kerja yang disahkan pemerintahan sebelumnya itu banyak merugikan kami. Jadi kami masih harus terus berjuang untuk menyuarakan nasib kami.
Bagaimana dengan pemerintahan yang sekarang?
Kalau pemerintahan yang sekarang kan masih baru banget ya. Belum ada tiga bulan. Jadi kami masih memantaunya.
Punya harapan pada pemerintahan baru ini?
Harapan kami sebagai kaum buruh sebenarnya sederhana saja, buatlah kebijakan yang adil dan memenuhi rasa keadilan kami sebagai pekerja paling bawah di perusahaan dan di negara ini. Kami berharap setiap pemerintah akan membuat kebijakan terkait nasib pekerja dan buruh, kami dilibatkan dan diajak bicara. Sebagai bagian dari negara ini, kami juga berharap kami diperhatikan dan suara kami didengar. Itu saja. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved