Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Aceh, terutama saat TNI harus mengungsikan masyarakat di sebuah pemukiman dalam rangka operasi pemulihan keamanan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Selain harus mengungsikan masyarakat, Panglima TNI mengakui dalam situasi itu ada prajurit yang memanfaatkan keadaan untuk kepentingan pribadinya. "Terhadap mereka ini, saya tidak ada toleransi, harus ditindak dan diadili," ujarnya serius.
Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers bulanan khusus mengevaluasi operasi militer di Aceh yang sudah berjalan dua bulan di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur Jumat (25/7) siang.
Endriartono mengatakan dalam operasi pemulihan keamanan di sebuah pemukiman,di mana ditengarai terdapat anggota GAM, TNI harus mengungsikan masyarakat untuk menghindari korban sipil.
”Di pihak lain kami menyadari bahwa mengungsi adalah sebuah hal yang tidak mengenakkan,” ujarnya. Saat para pengungsi kembali ke rumah masing-masing, mereka kehilangan harta benda.
Menyangkut evaluasi darurat militer yang sudah memakan waktu dua bulan, orang nomor satu di tubuh TNI itu mengatakan, hasil operasi dinilai positif dan semakin terorganisir. Namun meski operasi militer melampaui target, keberhasilannya tergantung pada seberapa besar dukungan masyarakat.
Panglima TNI juga mengatakan masyarakat semakin berani memberikan informasi tentang keberadaan anggota GAM. Indikasinya, anggota GAM yang ditangkap TNI lebih banyak didapat dari laporan masyarakat meskipun dengan resiko yang tidak kecil. "Saya berterimakasih kepada masyarakat," ujarnya.
Panglima mengatakan GAM sudah menjadi satuan-satuan kecil dan tidak satu komando lagi. Dengan terpojoknya GAM, bulan Desember mendatang, TNI optimistis GAM bisa diatasi.
Selama dua bulan pemberlakuan darurat militer, menurut catatan TNI, 478 anggota GAM tewas, 340 orang ditangkap dan 301 orang menyerahkan diri. Dari operasi tersebut, TNI juga mengumpulkan 234 pucuk senjata milik GAM, yang terdiri dari 134 pucuk laras panjang dan 100 senjata laras pendek.
Sedangkan prajurit TNI yang tewas dalam operasi tersebut mencapai 30 orang, 10 meninggal akibat kecelakaan lalulintas dan menderita sakit, serta 34 orang luka berat dan 71 luka ringan. Selain itu, 3 pucuk senjata dan sebuah pistol hilang.
Untuk mengoptimalkan kinerja, TNI merestrukturisasi kesatuan di Aceh. Restrukturisasi ini bukan mengganti Panglima Komando Operasi (Pangkoops), tapi hanya mengoptimalisasi satuan-satuan. Yang semula dua sektor akan menjadi lebih banyak dan ada juga sub-sub sektor yang dikomandoi seorang berpangkat kolonel.
Sedang untuk satuan pemukul akan dilakukan pengelompokan kembali menjadi satuan-satuan kecil dengan mobilitas tinggi,daerah sebaran semakin luas sehingga akan mempersempit aktivitas GAM.
© Copyright 2024, All Rights Reserved