Peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996 atau Kudatuli merupakan salah satu pemantik tumbangnya rezim pemerintahan Soeharto hingga melahirkan era Reformasi.
Meski pahit, peristiwa kerusuhan yang terjadi di Kantor PDI (saat ini menjadi PDIP) antara kubu Megawati Soekarnoputri dan Soerjadi dianggap sebagai jembatan runtuhnya hegemoni Presiden Soeharto.
Demikian antara lain disampaikan Ketua DPP PDIP, Ribka Tjiptaning dalam diskusi peringatan 28 tahun Kudatuli mengusung tema <i>Kudatuli, Kami Tidak Lupa</i> di DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Sabtu (20/7/2024).
“Tidak ada Kudatuli atau 27 Juli, (maka) tidak ada reformasi. Reformasi itu tonggaknya adalah kasus 27 Juli,” kata Ribka.
Hasil investigasi Komnas HAM era Asmara Nababan Dkk, peristiwa Kudatuli mengakibatkan lima orang meninggal dunia, 149 orang mengalami luka-luka, dan 23 orang dinyatakan hilang.
Maka dari itu, peristiwa perebutan kepemimpinan PDI antara Mega dan Soerjadi tidak bisa dilupakan begitu saja oleh publik, khususnya kader banteng yang kini masih dipimpin Megawati.
Sebab meski menyakitkan, peristiwa yang dikenal juga sebagai Sabtu Kelabu ini membawa Indonesia menjadi lebih baik dan terlepas dari belenggu otoritarianisme Soeharto hingga melahirkan reformasi.
"Kalau tidak ada reformasi, tidak ada anak buruh bisa jadi gubernur, tidak ada anak petani bisa jadi bupati dan walikota, dan tidak ada anak tukang kayu jadi presiden," pungkas Ribka. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved