Kali ini, upaya keras Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Rinaldi Firmansyah untuk menggabungkan Flexi - Esia mendapat ganjalan dari kalangan internal. Penggabungan dengan anak perusahaan Group Bakrie itu ditolak Serikat Karyawan Telkom. Mereka menilai penggabungan itu justru akan menuai kerugian bagi Telkom dan masyarakat, ketimbang manfaat yang diharapkan.
“Sikap penolakan kami ini harus diambil, karena penggabungan ini berpotensi digugat banyak pihak karena melanggar persaingan usaha di sektor telekomunikasi,” kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Karyawan Telkom (Sekar) Wisnu Adhi Wuryanto, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu malam (02/10).
Wisnu menjelaskan sebenarnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pernah mengungkapkan masalah tersebut. KPPU menilai penggabungan tersebut merupakan pelanggaran persaingan usaha yang muaranya akan merugikan masyarakat. Masyarakat alami kerugian karena perusahaan hasil penggabungan ini dapat mempermainkan tarif CDMA.
Sebagaimana diketahui, apabila kedua operator itu bergabung maka Flexi-Esia akan menguasai lebih 90% pangsa pasar CDMA. Kalau ini terjadi, masyarakat bisa menjadi korban monopoli kedua perusahaan tersebut.
Menurut Wisnu, saat ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan penggabungan Flexi dengan Esia atau dengan perusahaan manapun karena performa kinerja yang ada.”Bahkan, Serikat Karyawan Flexi akan tetap nyaman jika tetap berada di naungan bendera Telkom Group," katanya.
Dia justru menilai penggabungan kedua operator CDMA tersebut kental nuansa politis, baik dilihat dari posisi Esia sebagai anak perusahaan Group Bakrie maupun dihubungkan dengan rencana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Telkom yang mengagendakan penggantian Direksi Telkom dalam waktu dekat.
Kekhawatiran sama juga disuarakan Sekretaris Jenderal DPP Sekar Telkom Asep Mulyana. Dia mengkhawatirkan dampak penggabungan Flexi dengan Esia terhadap karyawan Telkom yang saat ini ditempatkan di Divisi Flexi. “Penggabungan tersebut bisa mengakibatkan ketidakjelasan status karyawan Telkom yang saat ini berada di Divisi Telkom Flexi sebagai karyawan BUMN,” ungkapnya.
Padahal, kata Asep, saat ini perjalanan bisnis Flexi sangat prospektif. Untuk itu, tidak ada alasan harus digabung dengan Esia. Sebaiknya untuk ke depan, Flexi dan Esia bersaing secara sehat. “Kami siap beraudiensi dengan pihak terkait tentang masalah ini," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved