Benih dan bibit berperan sangat penting dalam pembangunan pertanian. Ketersediaan benih dan bibit yang memenuhi standar hingga kini masih menjadi masalah utama dalam upaya swasembada pertanian.
Ketua Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) Herman Khaeron mengatakan, untuk mewujudkan swasembada pangan, pemerintah perlu lebih serius mengembangkan usaha perbenihan dan pembibitan nasional. Karena kunci sukses swasembada, kedaulatan dan kemandirian pangan ada pada benih.
"Bagi petani, benih adalah sumber kehidupan. Selain itu, bibit juga memegang peran penting dalam dunia pertanian. Oleh karena itu, membangun industri perbenihan dan pembibitan merupakan upaya mendasar dalam pembangunan sektor pertanian," katanya kepada politikindonesia.com dalam sebuah lokakarya di Jakarta.
Oleh sebab itu, lanjut Herman, semua elemen harus bersatu sehingga Indonesia bisa mandiri dalam penyediaan benih dan bibit. Benih dan bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu produktivitas dan kualitas produk suatu usaha tani.
"Untuk mencapai swasembada pangan seperti yang telah ditargetkan Kementan, semua pihak harus mau bekerjasama. Mulai dari akademisi, pemerintah, perusahaan dan pelaku usaha harus duduk bareng untuk mengembangkan benih dan bibit. Walaupun pengembangan benih dan bibit menjadi perhatian khusus pemerintah," tegasnya.
Herman mengakui, kebutuhan benih dan bibit di Indonesia saat ini sangat tinggi. Secara konvensional, kebutuhan itu sulit dipenuhi secara cepat. Padahal, dampak langsung dari pengembangan agroindustri adalah kebutuhan bibit yang sangat tinggi. Karena dengan adanya benih dan bibit unggul bisa meningkatkan produktivitas 2 hingga 3 kali lipat.
"Untuk memenuhi kekurangan benih dan bibiit, diperlukan kerja sama antara lembaga riset dan teknologi dengan sektor pertanian di Indonesia. Saat ini kerja sama tersebut belum berjalan maksimal. Padahal kontribusi hasil riset dan teknologi terhadap kemajuan pertanian sangat berpotensi untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan pangan dunia," ulasnya.
Menurutnya, di banyak negara, lembaga penelitian berperan besar terhadap pembangunan termasuk pertanian. Misalnya, hasil teknologi di NASA selalu dimanfaatkan untuk membaca agro klimat guna pembangunan sektor pertanian di Amerika Serikat. Sedangkan, di Indonesia kerjasama seperti itu masih lemah.
"Saya bisa pastikan, kalau lembaga teknologi dan pertanian digabungkan akan menghasilkan kekuatan besar di sektor pertanian Indonesia. Contohnya, riset teknologi menghasilkan varietas tumbuhan baru dengan tingkat produktivitas tinggi, akan berdampak terhadap produksi secara nasional. Semakin banyak produktivitas yang terciptakan akan menjamin ketahanan pangan suatu negara," ungkapnya.
Dijelaskan, di Indonesia banyak sekali lembaga riset teknologi yang bisa diajak bekerjasama. Di antaranya, LAPAN, BPPT dan LIPI. Lembaga tersebut sudah terbukti banyak menghasilkan riset terapan. Sayangnya, temuan itu belum secara optimal dimanfaatkan dalam sektor pertanian. Padahal kalau diterapkan, mampu menjamin pertanian berkelanjutan. Selain itu, juga untuk mendukung target swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah.
"Semakin banyak produktivitas yang terciptakan akan menjamin ketahanan pangan suatu negara. Untuk itu perlu dikembangkan lagi kerja sama antar lembaga riset teknologi di Indonesia dengan sektor pertanian. Kedepannya, saya berharap sektor pertanian tak ragu lagi untuk menggandeng lembaga risat yang ada saat ini. Sehingga Indonesia tidak lagi kekurangan dan bergantung kepada negara lain dalam hal urusan produksi benih dan bibit hortikultura," tandasnya.
Dia memaparkan, untuk mendukung target swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah, pihaknya bekerjasama dengan Kementan untuk memenuhi benih dan bibit. Karena pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan. Selain itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Benih yang berkualitas sangat menentukan produktivitas. Atrinya peran teknologi dalam perbenihan juga menjadi syarat untuk bisa menciptakan kedaulatan pangan. Contohnya teknologi rekayasa genetik. Melalui teknologi tersebut bisa menciptakan benih yang lebih toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (opt) serta tahan kekeringan," pungkas Herman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved