PT Pertamina (Persero) berencana untuk meningkatkan 2 kali lipat atau 100 persen kapasitas kilang pengolahan minyak mentahnya hingga 5 tahun mendatang. Dari produksi saat ini 820 ribu barel per hari, ditargetkan akan mencapai 1,68 juta barel per hari pada 2018-2019. Peningkatan kapasitas kilang tersebut merupakan upaya mencapai kemandirian energi.

"Peningkatan kapasitas kilang ini dan ditambah pembangunan kilang baru akan menutupi gap kebutuhan BBM yang ada," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto, usai penandatanganan nota kesepahaman peningkatan kapasitas kilang di Jakarta, Rabu (10/12).

Menurut Dwi, proyek peningkatan kapasitas kilang atau disebut Rencana Induk Pembangunan Pengilangan (RDMP) itu dilakukan di 5 kilang pengolahan dengan perkiraan nilai investasi sekitar US$25 miliar.

Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan PT Pertamina dengan 3 perusahaan migas kelas dunia. Perusahaan tersebut adalah Saudi Aramco (Arab Saudi). Yakni untuk meningkatkan kapasitas di 3 kilang yakni Dumai (Riau), Cilacap (Jawa Tengah), dan Balongan (Jawa Barat).

Selain itu, Sinopec (China) untuk kilang di Plaju (Sumatera Selatan) dan JX Nippon Oil & Energy di Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sementara, Direktur Pengolahan PT Pertamina, Rahmad Hardadi, mengatakan, saat ini, kebutuhan BBM mencapai 1,5 juta barel per hari, sementara produksi kilang hanya 800.000 barel per hari.

Dwi mengatakan, dengan pertumbuhan konsumsi sekitar 6% per tahun maka diharapkan proyek RDMP dan ditambah pembangunan kilang baru akan mencukupi kebutuhan BBM pada 2018-2019. "RDMP dan proyek kilang baru akan dilakukan secara simultan," kata Dwi.

Dia juga mengatakan, Pertamina dalam kondisi siaga satu agar kilang selesai 2018-2019. "Kilang diupayakan selesai 4 tahun dengan prioritas Cilacap, Balongan, dan Balikpapan," ujar Dwi.

Proses seleksi mitra kilang sudah dimulai Pertamina sejak Maret 2014. Yakni berupa penjaringan awal dengan terpilih 30 perusahaan dari sekitar 400 perusahaan yang dipertimbangkan.