Taiwan resmi memiliki Presiden perempuan pertama sepanjang sejarah negara itu. Tsai Ing-wen resmi dilantik dan mengucapkan sumpah jabatannya di istana kepresidenan di Taipei, ibu kota Taiwan, Jumat (20/05).
Taiwan resmi memiliki Presiden perempuan pertama sepanjang sejarah negara itu. Tsai Ing-wen resmi dilantik dan mengucapkan sumpah jabatannya di istana kepresidenan di Taipei, ibu kota Taiwan, Jumat (20/05).
Tsai adalah politisi Partai Progresif Demokratik, yang dikenal sebagai partai pro kemerdekaan Taiwan yang ingin lepas dari pengaruh China. Partainya menang telak dari Kuomintang pada pemilu 16 Januari lalu.
Kemenangan dan akhirnya pelantikan Tsai menandakan berakhirnya sebuah upaya pemulihan hubungan selama 8 tahun dengan China di bawah Presiden sebelumnya, Ma Ying-jeou.
Dukungan publik atas Ma merosot karena pemilih Taiwan menilai ia terlalu dekat dengan Beijing. China selama ini menganggap negara pulau itu sebagai bagian dari wilayah teritorialnya.
Tsai mengangkat lengan kanannya ketika dia membaca sumpah di depan bendera nasional Taiwan dengan disaksikan oleh sekitar 20.000 tamu undangan. Banyak warga Taiwan mengikuti upacara pelantikan Tsai itu dengan hanya menyaksikannya pada layar besar di luar gedung.
Setelah mengucapkan sumpah jabatan, Tsai kemudian menerima tanda Republik China, nama resmi Taiwan, dan lambang kepresidenan.
Tsai bersama Ma keluar dari kantor kepresidenan. Keduanya lalu berjabat tangan sambil tersenyum dengan disaksikan staf, publik, dan diwarnai marching band.
Dengan terpilihnya Tsai membuktikan bahwa warga Taiwan sudah jengah dengan partai-partai yang selama ini selalu bersahabat dengan China. Selain Capres dari DPP memenangkan pemilihan umum , para calon legislatif (Caleg) dari DPP juga mendapatkan kursi mayoritas dan makin membuktikan kuatnya keinginan dari warga Tairan untuk merdeka dari pengaruh China.
Tsai Ing-wen dikabarkan berhasil memenangkan 56 persen dari jumlah suara total dan sukses mengalahkan Eric Chu dari Partai Kuomintang dan James Soong dari People First Party. Kemenangan dari Tsai ini juga mencatatkan rekor sejarah selisih terbesar dalam pemilu di Taiwan.
Sementara China ingin Tsai untuk secara terbuka mengakui pesan Beijing bahwa hanya ada “satu China”. Konsep “satu China” diabadikan dalam perjanjian diam-diam dengan Kuomintang, yang dikenal dengan "konsesus 1992".
Perjanjian pengakuan yang menjadi landasan bagi cairnya hubungan Beijing – Taipeh pada era kepresidenan Ma. Namun, Tsai dan Partai Progresif Demokratik tidak pernah mau mendukung konsep itu. Tsai telah berjanji untuk mempertahankan "status quo" dengan Beijing.
© Copyright 2024, All Rights Reserved