Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan serangan mematikan pada Kamis (14/07) di Nice jelas merupakan serangan teroris. Prancis menyatakan keadaan darurat yang diberlakukan sejak serangan Paris bulan November tahun lalu akan diperpanjang 3 bulan lagi.
“Tidak bisa disangkal sifat teroris dalam serangan yang merupakan bentuk paling ekstrem dari kekerasan itu," ujar pemimpin Prancis itu saat menyampaikan keterangan yang disiarkan televisi nasional pukul 04.00 waktu setempat atau pukul 02.00 GMT, 5 sampai 6 jam setelah penyerangan di Nice.
Berbicara seusai pertemuan darurat pada Jumat (15/07) dini hari, Hollande menyatakan sedikitnya 77 orang tewas dalam serangan di mana pelaku mengemudikan truk besar dengan kecepatan tinggi menabrak kerumunan orang yang sedang menyaksikan pertunjukan kembang api pada perayaan Bastile Day di negeri tersebut.
“Prancis benar-benar terpukul, kita harus melakukan apa pun apa yang bisa kita lawan," kata Hollande.
Prancis sebenarnya masih dalam masa darurat hingga 26 Juli 2016, usai berbagai serangan teror di Prancis pada 13 November 2015 lalu yang menewaskan 130 orang. Dengan adanya teror ini, masa darurat ditambah hingga 3 bulan ke depan. "Seluruh Prancis berada di bawah ancaman teroris," imbuh Hollande.
Aksi teror terjadi saat ratusan orang berkumpul menyaksikan perayaan hari Bastille Day di Nice, Kamis (14/07) malam. Sebuah truk berwarna putih melaju dengan kecepatan 100 km/jam menuju kerumunan warga yang saat itu sedang berkumpul menyaksikan acara kembang api dalam perayaan hari kemerdekaan nasional atau Bastille Day. Pelaku diduga sengaja menabrakkan truk yang dikendarainya ketika kembang api mulai dinyalakan.
Sopir truk yang belum diketahui identitasnya ditembak mati oleh polisi Prancis. "Seorang individu mengendarai sebuah truk ke kerumunan. Dia dibunuh oleh polisi," kata juru bicara kementerian dalam negeri Prancis, Pierre-Henry Brandet. Polisi menyebut, seedikitnya 75 orang tewas dan ratusan orang mengalami luka dalam peristiwa ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved