Harga minyak mentah global jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak pada akhir perdagangan Senin waktu setempat atau Selasa pagi WIB (23/02). Harga minyak naik karena adanya spekulasi tentang berkurangnya jumlah produksi minyak Amerika Serikat (AS).
Harga minyak berjangka AS alias WTI untuk pengiriman Maret ditutup pada level US$31,48 per barel, atau menguat 6,21 persen dibanding perdagangan sebelumnya.
CNBC, Selasa (23/02), melaporkan, penguatan harga minyak juga disebabkan karena menguatnya pasar saham. Dalam seminggu terakhir perdagangan minyak di Asia mulai rebound.
Pasar juga bereaksi dengan data yang menunjukkan bahwa jumlah rig pengeboran minyak aktif di AS jatuh ke level terendah sejak Desember 2009, setelah 9 pekan berturut-turut AS melakukan pemangkasan jumlah rig pengeboran aktif mereka.
Harga minyak juga mendapat sentimen positif dari pernyataan International Energy Agency (IEA). Yakni pada tahun ini jumlah produksi minyak di AS diperkirakan akan jatuh ke posisi 600 ribu barel per hari dan menjadi 200 ribu barel per hari pada 2017.
Broker minyak mentah Liquidity Energy. Pete Donovan, mengatakan, sebagian besar indeks di pasar saham juga menguat yang dipicu karena saham perusahaan minyak, Chevron, bergerak lebih tinggi.
"Untuk berbagai alasan, sepertinya saat ini pedagang sudah memiliki keyakinan bahwa harga minyak tidak akan berada di level yang lebih rendah lagi," kata Pete Donovan
Adapun, IEA memperkirakan jumlah produksi minyak mentah global akan seimbang dengan permintaan pada 2017, setelah sebelumnya berlimpahnya pasokan minyak di pasar menyebabkan harga minyak terpangkas hingga 70 persen.
© Copyright 2024, All Rights Reserved