Chatbot AI buatan China, DeepSeek, yang langsung melejit hanya dalam dua pekan setelah diluncurkan menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat.
Ratusan perusahaan dan lembaga di Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah memblokir DeepSeek. Beberapa perusahaan keamanan siber menilai ada potensi kebocoran informasi sensitif yang bisa diakses oleh pemerintah China.
Ratusan perusahaan tersebut, termasuk firma hukum Fox Rothschild dan berbagai perusahaan keamanan siber seperti Armis dan Netskope, telah mengambil langkah untuk memblokir penggunaan DeepSeek.
“Kekhawatiran terbesar adalah potensi kebocoran data model AI ke pemerintah China,” kata Chief Technology Officer (CTO) Armis, Nadir Izrael, dikutip dari Bloomberg, Minggu (2/2/2025).
Pentagon dan Angkatan Laut AS juga telah melarang penggunaan DeepSeek dalam lingkungan kerja mereka. Langkah ini sejalan dengan kebijakan keamanan nasional yang semakin ketat terhadap aplikasi buatan China.
Kekhawatiran terhadap chatbot ini juga mencuat di Australia. Menteri Sains Australia, Ed Husic, menyatakan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai bagaimana DeepSeek mengelola data pengguna dan apakah informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh intelijen China.
Sementara itu, meskipun Presiden AS Donald Trump menganggap DeepSeek sebagai “peringatan” bagi negaranya, ia tidak secara langsung menyebutnya sebagai ancaman keamanan nasional.
Bahkan, Trump menilai chatbot ini bisa membawa manfaat jika dapat membantu menekan biaya operasional perusahaan.
Hingga pekan ketiga peluncurannya, DeepSeek telah menjadi aplikasi yang sangat populer. Jumlah unduhan DeepSeek di App Store dan Google Play telah mencapai total lebih dari 3 juta kali unduhan di AS dan Inggris. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved