Belanda dan Indonesia terus berupaya memperkuat kerjasama bidang pendidikan dan penelitian. Saat ini, sekitar 1500 warga negara Indonesia menempuh pendidikan di Belanda. Mayoritas adalah penerima beasiswa yang ditawarkan kedua negara.
"Dalam hubungan kerjasama ini mobilitas mahasiswa memegang peran penting. Tak heran kalau sekitar 1.500 warga negara Indonesia setiap tahunnya menempuh pendidikan di Belanda. Sebagian besar dari mereka merupakan penerima beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah kedua negara," kata Menteri Pendidikan, Budaya dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Jet Bussemaker kepada politikindonesia.com, di Jakarta, Senin (06/03).
Jet mengatakan, mobilitas siswa serta hubungan antara pendidikan dengan pasar tenaga kerja adalah isu penting. Menurutnya, dengan dibukanya Erasmus Training Center (ETC) diharapkan bisa mewujudkan kontak people to people dan internasionalisasi pendidikan di Indonesia dan Belanda. Karena ETC didirikan untuk mendukung mobilitas siswa, juga berfungsi sebagai wadah pelatihan profesional Indonesia.
"Kami akan terus berupaya memfasilitasi mobilitas mahasiswa dari Belanda ke Indonesia. Karena untuk meningkatkan mobilitas siswa dan mempererat kerjasama pendidikan dan penelitian antara Indonesia dan Belanda dibutuhkan berbagi pengetahuan dan keahlian," ujarnya.
Sementara itu, President Saxion University of Applied Sciences Wim Boomkamp, menambahkan, di kampusnya saat ini jumlah mahasiswa Indonesia merupakan jumlah ketiga terbanyak, setelah Jerman dan Cina.
Sedangkan hal yang lebih menarik dari pilihan studi ke Belanda adalah jaringan internasional yang kuat serta hubungan dengan dunia kerja. "Itu semua termasuk dalam kurikulum dan penelitian kami. Terlebih lagi, kami juga menawarkan program sarjana dan pasca sarjana dalam Bahasa Inggris. Dalam kerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia kami pun menekankan pentingnya siswa dari Belanda dapat studi di Indonesia. Karena ada begitu banyak hal dapat kita pelajari satu sama lain. Mobilitas siswa inilah yang memungkinkan hal itu terjadi," ungkap Wim.
Setelah kelulusan, lanjut Wim, ada sebagian siswa yang langsung kembali ke Indonesia. Saat ini juga semakin banyak jumlah siswa yang menetap dalam jangka waktu singkat, yaitu sekitar satu sampai empat tahun untuk mendapatkan pengalaman kerja. Lulusan akan lebih dilirik oleh perusahaan ketika mereka mempunyai pengalaman di luar negeri selama masa studi.
"Pengalaman ini akan membantu dalam melihat segala sesuatu dari perspektif yang berbeda. Sikap yang mudah beradaptasi juga menjadi nilai lebih di pasar tenaga kerja. Karena sekitar 24 persen dari seluruh siswa di Belanda setiap tahunnya mendapatkan pengalaman internasional dengan belajar di luar negeri. Ratusan siswa dalam hitungan tersebut mengunjungi Indonesia untuk studi atau magang setiap tahunnya," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Freddy Weima, Director Jenderal EP-Nuffic mengungkapkan dengan kombinasi studi dan pengalaman kerja internasional, mereka telah dibekali nilai lebih untuk bersaing di pasar tenaga kerja Indonesia. Pengalaman internasional menjadi suatu keharusan bagi mahasiswa Belanda saat ini.
"Untuk mendorong peningkatan jumlah siswa Belanda datang ke Indonesia dan mendukung perguruan tinggi Indonesia dalam hal internasionalisasi, EP Nuffic melalui kantor perwakilannya di Jakarta (Nuffic Neso Indonesia) saat ini sedang dalam proses mempersiapkan layanan informasi Studi di Indonesia yang diresmikan pada April 2017. Dengan memberikan informasi yang lebih baik, kami berharap dapat menarik lebih banyak siswa di Belanda untuk belajar di Indonesia," jelas Freddy.
© Copyright 2024, All Rights Reserved