Awal perdagangan di pasar spot, Senin (0709), nilai tukar rupiah tehadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali terpuruk. Berdasarkan data Bloomberg, pukul 08.45 WIB, mata uang rupiah melorot ke posisi pukul Rp14.230 per US$, dibandingkan penutupan akhir pekan lalu pada Rp14.172,3 per US$1. Posisi ini merupakan level terendah sejak krisis tahun 1998 silam.
Tercatat pada 17 Juni 1998 lalu, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp16.650 per US$.
Riset Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi awal pekan ini, rupiah masih dibawah tekanan. Posisi cadangan devisa dan sikap investor asing bakal menjadi sentimen bagi pergerakan mata uang rupiah. "Rrupiah berpeluang mempertahankan tekanan pelemahannya," sebut riset tadi.
Rupiah masih tertekan oleh penguatan dolar AS di pasar global bersama dengan pelemahan mata uang lain di Asia.
Selain itu, isu perlambatan ekonomi domestik juga memperburuk daya tarik rupiah. Terutama setelah angka pertumbuhan kredit diumumkan kembali melambat di Agustus.
Perlambatan memang bisa mendukung kestabilan neraca transaksi berjalan. Namun itu juga berarti prospek buruk investasi di IHSG, aliran dana asing yang keluar tetap akan mendorong pelemahan rupiah.
Pelemahan rupiah juga akan mengurangi daya tarik aset lain berdenominasi rupiah. Imbal hasil SUN kembali naik hingga akhir pekan lalu. Hal ini akan terjadi walaupun ekspektasi inflasi global terus turun seiring dengan penurunan harga komoditas.
© Copyright 2024, All Rights Reserved