Karena seorang India bersikap rasis, seluruh warga asing di Batam mendapat perlindungan ekstra dari aparat kepolisian. Itulah langkah antisipatif pihak polisi di Kepulauan Riau (Kepri) itu, setelah meletusnya kerusuhan massa di sana, Kamis (22/04).
Wakil Kepala Divisi Humas Polri, Kombes Zaenuri Lubis mengungkapkan, keributan di galangan kapal PT Dry Docks World Graha, Batam itu, dipicu pertikaian seorang manajer berkewarganegaraan India, dengan pekerja lokal.
"Saat itu sang manager India itu memaki anak buahnya dengan perkataan orang Indonesia bodoh. Inilah yang kemudian memantik amarah dan menjadi awal peristiwa," urai Zaenuri Lubis Kepada wartawan yang menemuinya di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis.
Hanya sekitar setengah jam kemudian, emosi karyawan dan bawahan lainnya tersulut. Tersinggung karena dimaki, sambil membawa-bawa nama bangsa, kemarahan itu segera menyebar hampir ke semua pekerja di galangan kapal, di Tanjung Uncang, Batam itu. Tiap hari, jumlah pekerja di lokasi itu mencapai 8.000 orang.
Tak lama, ribuan pekerja warga Negara Indonesia meluapkan amarahnya dengan membakar serta merusak fasilitas perusahaan. Akibatnya, aktivitas di galangan kapal itu menjadi terganggu. Beberapa pekerja asing terlihat berlarian menyelamatkan diri, penuh ketakutan.
Polisi segera diterjunkan ke lokasi untuk mengamankan situasi, seraya mencegah kerusuhan meluas. Zaenuri menjelaskan, polisi sudah mengamankan lokasi peristiwa, dan kondisi sudah membaik. Aparat kepolisian juga sudah meminta keterangan sejumlah pihak, untuk mengusut Rusuh Batam tersebut.
"Kami sudah mengamankan seorang WNA untuk diminta keterangannya. Untuk WNA lain kami beri perlindungan. Kerusuhan itu melibatkan banyak orang. Ada sekitar 5.000 orang lebih," kata Zaenuri.
Sejauh ini, Markas Besar Polri baru mendapat laporan 12 kendaraan dinas milik kantor setempat rusak diamuk massa. Petugas di lapangan terus mengumpulkan fakta, dan bukti untuk kepentingan penyelidikan.
Zaenuri mengungkapkan, tindakan kepolisian sekarang, mencegah agar kerusuhan tidak melebar, apalagi dengan menggunakan isu SARA. Masyarakat diminta tenang, dan tidak mudah terprovokasi. Mereka juga bekerja ekstra keras untuk melindungi para WNA lainnya, agar tak terkena imbas negatif kasus tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved