Sekretaris Menteri Koordinator (Sesmenko) Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengklaim ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dan cukup tinggi untuk level rata-rata global.
Menurut Susiwijono, Peerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil menjaga kestabilan ekonomi meski terus berhadapan dengan dinamika dan volatilitas. Dimana inflasi tinggi secara global, suku bunga melonjak 500 basis poin di Amerika Serikat, dan capital outflow serta dolar yang menguat.
"Jika dibandingkan berdasarkan data yang ada tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level di atas 5%, yaitu 5,05% pada tahun 2023 dan 5,2% tahun 2024," kata Susiwijono di Jakarta yang dikutip Senin (9/9/2024).
Menurut Susiwijono, ekonomi Indonesia pada Q2-2024 tumbuh sebesar 5,05% (YoY), 3,79% (QtQ), atau sebesar 5,08% (CtC) di Semester I-2024.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh tingkat inflasi yang rendah dan terkendali di level 2,12% pada Agustus 2024," kata Susiwijono.
Sementara, kekuatan ekonomi domestik terus menjadi pendorong utama, terutama melalui Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang memberikan kontribusi total lebih dari 80% terhadap PDB.
Sejumlah Leading Indicators Perekonomian Indonesia masih mengindikasikan prospek pertumbuhan yang baik dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di zona Optimis (Juli 2024: 123,4%), sedangkan Indeks Penjualan Riil terus positif (Juli 2024: 4,43%).
"Meski PMI Manufaktur sedikit mengalami kontraksi (Agustus 2024: 48,9%), namun hal ini sejalan kondisi global yang challenging," kata Moegiarso.
Surplus Neraca Perdagangan terus berlanjut (Juli 2024: 472 juta dolar AS, 51 bulan surplus berturut-turut), dan Cadangan Devisa terus meningkat (Agustus 2024: 150,2 miliar dolar AS).
"Kondisi ini mencerminkan ketahanan ekonomi yang solid," kata Susiwijono.
Menurut Susiwijono, pemerintah menargetkan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,2% dalam APBN 2024, sebagai landasan pencapaian tujuan jangka panjang 2025-2045 dan titik awal untuk akselerasi pertumbuhan rata-rata sebesar 6%-7% dalam 20 tahun mendatang.
Artinya untuk mencapai target pertumbuhan 2024, maka masih ada gap pertumbuhan sekitar 5,2%-5,4% yang harus dicapai di Semester II-2024.
Di sisi lain, kata Susiwijono, permintaan dalam negeri masih menjadi kontributor utama pertumbuhan, di tengah lemahnya permintaan global, maka harus dirumuskan stimulus lanjutan untuk mendorong daya beli atau konsumsi masyarakat dan investasi di jangka pendek.
Sementara itu, kebijakan maupun strategi Pemerintah dalam mendorong Pertumbuhan Ekonomi di tahun 2024 di antaranya: 1. Pemberian Stimulus berupa PPN DTP untuk Sektor Properti, 2. Pemberian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan 3.Evaluasi PPnBM-DTP Otomotif EV.
Susiwijono mengatakan, Keberhasilan era Pemerintahan Jokowi saat ini adalah penurunan rasio kemiskinan termasuk dalam kemiskinan ekstrem dan pengangguran.
Berdasarkan data yang ada Pada Maret 2024, Tingkat Ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan Gini Ratio adalah sebesar 0,379%, menurun 0,009 poin dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2023 sebesar 0,388 dan menurun 0,002 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2022 yang sebesar 0,381%.
Apalagi, kata Susiwijono, jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 25,22 juta orang, turun 0,68 juta orang terhadap Maret 2023.
Penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 9,03%, turun 0,33 poin terhadap Maret 2023. Penurunan terjadi hampir di seluruh provinsi.
Sedangkan kemiskinan ekstrem (konsumsi <1,90 PPP dolar AS/hari) turun dari 6,18% pada tahun 2014 menjadi 0,83% pada tahun 2024.
Tingkat pengangguran juga turun ke level 4,82 persen pada Februari 2024 (Februari'15= 5,81%) dan terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja sebanyak 3,55 juta orang selama periode Februari 2023 ke Februari 2024. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved