Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan hasil survei tentang Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) tahun 2016. Dibanding tahun lalu, indeks kepuasan jemaah haji tahun ini mengalami peningkatan dengan rata-rata memuaskan.
Paparan survei kepuasan haji ini dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan jajarannya di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (15/11). Hasil survei ini dipaparkan langsung Kepala BPS Suhariyanto di hadapan wartawan.
Landasan survei ini sesuai dengan UU No 13 Tahun 2008 yang mangamanatkan penyelenggaraan ibadah haji harus diarahkan pada peningkatan mutu. Tujuan survei ini akan mengetahui sejumlah hal seperti tingkat kepuasan, harapan terhadap layanan panitia haji, saran dan masukan.
Dalam survei tersebut, BPS menggunakan metode sample random sampling dengan margin of error sebesar 5 persen. Kuesioner survei dibagikan 3 hari setelah jemaah berada di Arab Saudi dengan jumlah responden sebanyak 18.500 orang.
Ada pula pengambilan data secara insidental sampling, yaitu mewawancarai yang sakit. Data baru diambil hanya untuk pengunjung rumah sakit saja.
Sementara itu, jenis pelayanan yang dinilai meliputi petugas kloter dan non kloter, pelayanan ibadah, akomodasi, transportasi dan bus, catering, pelayanan kesehatan dan lain-lain. Tingkat kepuasaan dan kepentingan dinilai dari angka 1-5 dengan 5 sebagai nilai tertinggi.
"Hasil survei menyatakan bahwa response rate sebesar 75,85 persen kuesioner berhasil dikumpulkan. Berdasarkan hasil survei, Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia tahun 2016 sebesar 83,83 persen dengan kriteria memuaskan atau di atas standar", terang Suhariyanto.
Ia menyebut indeks kepuasan jemaah haji ini naik 1,16 poin dibanding tahun lalu sebesar 82,67 persen. "Indeks kepuasan ini dihitung dari 9 pelayanan yang nilainya diatas 75 persen," imbuh dia.
Namun, terdapat perubahan nilai dalam IKJHI dari tahun 2015 ke 2016. Yaitu pada kepuasan nilai indeks catering yang turun 0,27 poin.
"BPS juga merangkum komentar jemaah terhadap pelayanan petugas. Salah satu contohnya adalah di dalam kloter masih dijumpai adanya jemaah yang tidak mengenal ketua kloter karena petugas kurang aktif atau kemungkinan juga jemaahnya," ucap Suhariyanto.
Ada pula komentar menyebut petugas kloter harus sudah haji agar lebih mudah mengajari jemaah. Bagi petugas non kloter, banyak jemaah tidak mengenal.
"Pelayanan catering yang mendapat minus catatannya, belum sesuai cita rasa Indonesia, variasi menu, dan jemaah diberi makanan full," ujar Suhariyanto.
Menanggapi survei itu, Menag menyebut survei kepuasan ini sangat membantu lembaganya untuk meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan haji selanjutnya.
"Undang-undang mengamanatkan pelaksanaan haji diemban oleh pemerintah dalam hal ini Kemenag. Kami bersyukur dengan hasil survei ini angka kepuasan dibanding tahun lalu mengalami peningkatan," ujar Lukman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved