Hasil jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos, pada akhir pekan lalu, menempatkan pebisnis real estate, Donald Trump, di puncak survei nasional calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik. Trumps mengantongi suara 35 persen dari pemilih Republik.
Survei yang dirilis, Sabtu (12/12) itu, menunjukkan Trump unggul jauh dari pesaing terdekatnya, yaitu pakar bedah saraf, Ben Carson yang hanya meraih 12 persen dukungan.
Survei itu merupakan yang pertama dilakukan sejak Trump mengeluarkan seruan kontroversial untuk melarang umat Muslim memasuki AS. Survei itu menunjukan bahwa pernyataan kontroversial itu sama sekali tidak mengurangi popularitas Trump.
Angka 35 persen tersebut tidak berubah dari survei terakhir yang digelar sebelum ucapan kontroversial itu muncul awal pekan lalu.
Pemilih Republiken mengatakan, mereka sama sekali tidak merasa terganggu dengan seruan itu. Hanya 29 persen yang mengatakan ucapan Trump ofensif. Sedangkan 64 persen mengatakan tidak ada yang salah dengan pernyataan taipan itu.
“Pada dasarnya dia mengatakan apa yang dirasakan semua orang,” kata Donna Fee, warga yang tinggal di Negara Bagian Missouri.
Fee mengatakan, dirinya mendukung Trump dan proposal pelarangan itu. Namun menurut Fee, pernyataan Trump yang terlalu blak-blakan tetap berpotensi melukai peluangnya memenangkan nominasi capres Republiken.
“Saya rasa dia perlu seseorang untuk menenangkannya, dia perlu meredam sejumlah retorikanya,” ujar Fee.
Dengan pemilihan pendahuluan (kaukus) Iowa yang tinggal 6 minggu lagi, Trump telah mematahkan analisa sejumlah pengamat politik yang berpendapat dia hanyalah “sensasi bulanan”.
Sejak mendeklarasikan diri Juli lalu, Trump kokoh bertahan di puncak jajak pendapat dan bahkan mulai jauh meninggalkan pesaingnya yang kesulitan untuk memangkas keunggulannya.
Trump secara konsisten unggul di Iowa beserta Negara Bagian New Hampshire dan South Carolina yang akan menggelar primary kedua dan ketiga.
Jika Trump dapat menyapu bersih kemenangan di 3 negara bagian itu maka diyakini momentumnya untuk mengunci tiket capres Partai Republik tidak akan terhentikan lagi.
Dua nama yang diprediksi berpotensi menjegal ambisi Trump adalah Senator konservatif Ted Cruz dari Texas dan Senator Florida Marco Rubio. Cruz saat ini bersaing sangat ketat dengan Trump di Iowa.
Retorika, ucapan, dan proposal kontroversialnya rupanya tidak menghancurkan kampanye Trump.
Pakar politik Amerika dari National University of Singapore, Associate Profesor Elvin Lim, mengatakan, salah satu alasan keunggulan Trump adalah karena dia menggunakan bahasa yang sederhana, bahasa sehari-hari yang mudah dipahami rakyat Amerika yang muak dengan elite politik di Washington.
Trump sukses memenangkan hati warga kelas pekerja kulit putih yang selama ini terabaikan sehingga bersikap apatis terhadap politik. Salah satu contoh ketika Trump terus mengatakan, bagaimana politisi hanya tahu berbicara tetapi tidak dapat berbuat.
Trump tidak menggunakan terlalu banyak teori dan penjelasan politik yang rumit dan bertele-tele. Jika semula disepelekan, kali ini pimpinan Partai Republik maupun pengamat politik tidak lagi menutup kemungkinan bahwa Trump (68 tahun) akan menjadi calon penantang Hillary Clinton di pemilu November 2016, sebuah skenario politik yang sama sekali tidak terbayangkan beberapa bulan lalu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved