Peta konflik dunia pada masa depan akan mengalami pergeseran seiring dengan habisnya sumber energi fosil. Konflik yang terjadi lebih disebabkan oleh masalah yang berlatar belakang penguasaan energi. Saat ini, lebih dari 70 persen konflik di dunia berlatar belakang energi.
Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan 2000 anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) saat menjadi pembicara dalam “Sosialisai Empat Pilar MPR RI dan Seminar Bela Negara” yang diprakarsai oleh Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) di Hotel Four Point Sheraton Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/12).
“Peningkatan energi pada kurun waktu 2007-2009 memicu kenaikan harga pangan dunia mencapai 75 persen. Diprediksi seiring dengan habisnya sumber energi fosil, konflik yang terjadi berlatar belakang penguasaan energi fosil, maka konflik masa depan akan bermotif penguasaan sumber pangan, air bersih dan energi hayati yang semuanya berada satu lokasi yaitu di daerah ekuator,” ujar Gatot.
Sementara itu, lanjut Panglima TNI, dibelahan bumi ini ada tiga kawasan ekuator yaitu Indonesia, Afrika Tengah dan Amerika Latin. Kawasan ini mempunyai kesuburan sepanjang tahun, dan bisa bercocok tanam sepanjang tahun.
Dihadapkan pada kondisi geografis Indonesia yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun dan kekayaan alamnya, maka Indonesia merupakan sumber energi, sumber pangan dan sumber air bersih yang akan menjadi incaran kepentingan nasional negara-negara asing di masa depan.
Gatot juga menyampaikan bahwa dimasa yang akan datang bangsa Indonesia menghadapi tantangan berat, yaitu membludaknya jumlah penduduk dunia dimana saat ini jumlah penduduk dunia sudah mencapai 7 milliar jiwa. Dalam penelitian idealnya, bumi ini hanya mampu menghidupi 3-4 milliar penduduk. “Dengan semakin membludaknya jumlah pertumbuhan penduduk dan habisnya cadangan energi minyak bumi pada tahun 2043, maka akan menyebabkan krisis pangan dunia,” ujarnya.
Banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia, salah satu cara yaitu dengan membuat Proxy War. Panglima TNI mengatakan, saat ini sudah terasa adanya proxy war, dan Indonesia harus waspadai karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Caranya dengan menguasai media di Indonesia dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai dan penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan,” ujar Panglima TNI.
Gatot mengatakan, dengan ancaman yang ingin menguasai Indonesia, apakah 28 tahun lagi, pada 2043, anak dan cucu kita bisa hidup layak ? "Kalau kita tidak bangkit dan bela negara, maka kita tak bisa selamatkan anak cucu kita,” tegas Gatot.
Panglima TNI mengatakan, agar Indonesia ke depan tidak mudah diadu domba akibat Proxy War dan semakin memburuk karena kehabisan sumber energi hayati, pangan, sumber air, maka harus adanya revolusi mental dengan menjalankan dan mengamalkan Pancasila dari Sila Pertama sampai Kelima dengan benar, berdemokrasi sesuai dengan Pancasila maka kemakmuran dan keadilan akan bisa terwujud di Indonesia.
“Jadi sebenarnya untuk mengatasi masalah Proxy War bangsa Indonesia sudah memiliki semuanya, yakni dengan Pancasila dan semangat gotong royong. Oleh sebab itu, mari hidupkan lagi Pancasila dan semangat gotong royong melalui Civitas Akademik ini,” tandas Panglima TNI.
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti, Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar, Walikota Makassar Ramdhan Pomanto, anggota DPD RI Bahar Ngitung, Aster Panglima TNI Mayjen TNI Wiyanto dan Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved