Ternyata Indonesia memiliki tiga titik wilayah perairan rawan yang sering digunakan sebagai jalur penyelundupan senjata api dan bahan peledak, untuk mendukung gerakan separatis dan aksi terorisme.
"Tiga titik rawan itu adalah Selat Singapura, Selat Malaka dan Selat Sunda," kata Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangkoarmabar), Laksamana Muda TNI Mualimin Santoso, di Jakarta, Selasa (12/8).
Menurutnya, selama ini TNI AL telah banyak melakukan penangkapan terhadap kapal-kapal nelayan asing antara lain di perairan Selat Singapura dan Malaka, dimana setelah digeledah ternyata membawa sejumlah senjata api.
Sebagian besar senjata api yang diselundupkan itu dipergunakan untuk mendukung gerakan separatis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
"Untuk itu, kami telah memblokir wilayah perairan Aceh untukmencegah adanya penyelundupan baik ke dalam maupun ke luar wilayah NAD," ungkapnya.
Tentang jumlah senjata yang telah berhasil disita, Mualimin mengaku belum mendata secara rinci jumlah senjata api yang berhasil disita jajarannya, baik yang diselundupkan ke NAD maupun wilayah lain di Indonesia.
Ia menjelaskan, aksi penyelundupan senjata api dan sebagian bahan peledak melalui jalur laut ke Indonesia saat ini cenderung meningkat. Hal ini terbukti dengan jumlah barang bukti yang berhasil disita, serta aksi separatis dan terorisme yang meningkat di Tanah Air.
Selain meningkatkan pengamanan di wilayah perairan Indonesia, khususnya yang termasuk kategori ’rawan selektif’, TNI AL juga mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang wilayah perairannya berbatasan langsung dengan Indonesia.
"Kami telah banyak melakukan latihan pengamanan bersama antara lain dengan Malaysia, Singapura dan terakhir yang akan dilaksanakan akhir Agustus mendatang adalah latihan bersama dengan Angkatan Laut Kerajaan Thailand," ungkapnya.
Melalui kerja sama itu, tambah Mualimin, pihaknya dapat meminimalkan berbagai aksi penyelundupan terutama senjata api dan bahan peledak ke Indonesia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved